News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bamsoet Sebut TNI/Polri Perlu Respon Terukur Terhadap Ancaman ISIS

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah anggota Kepolisian Resor Cirebon melakukan penjagaan di depan ruang Unit Gawat Darurat RS Mitra Plumbon, Sabtu (28/8/2018) dini hari. Dua anggota PJR Polda Jabar ditembak Orang Tak Dikenal di kilometer 223-400 Tol Kanci Pejagan.

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan Polri, TNI dan BIN patut memberi respons terukur terhadap informasi mengenai ancaman sel-sel ISIS yang berniat menyerang pemerintah Indonesia.

Respons terukur terhadap informasi ancaman ISIS tersebut perlu untuk memininalisir sekaligus mereduksi potensi ancaman.

Baca: Terkait Penembakan Polisi di Tol Kanci-Pejagan, Ketua RW Sebut Istri dan Ibu Mertua RS Dibawa Polisi

"Rangkaian informasi mengenai ancaman teroris yang mengemuka sepanjang pekan ketiga Agustus 2018 jangan sampai diabaikan begitu saja. Informasi itu patut ditanggapi oleh Polri, TNI dan BIN secara terukur sehingga tidak menimbulkan rasa cemas atau kegaduhan di ruang publik," kata Bamsoet melalui pernyataan tertulisnya, Minggu,(26/8/2018).

Menurutnya, kondusifitas di dalam negeri harus tetap terjaga, terutama karena Asian Games 2018 masih menyisakan banyak pertandingan pada berbagai cabang olahraga.

Ia mengingatkan hal tersebut karena adanya penembakan dua anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Polda Jabar, Aiptu Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana, oleh tiga orang tak dikenal di Kilometer 223-400 jalur jalan Tol Kanci–Pejagan di Kabupaten Cirebon, Jumat (24/8/2018) malam.

"Memang, motif penembakan itu belum diketahui karena pelaku penembakan belum tertangkap," katanya.

Meskipun belum terungkap menurut Bamsoet kasus penembakan dua anggota Polri ini hanya selang beberapa hari setelah beredarnya video ancaman ISIS di jagat maya, dan juga setelah Kementerian Luar Negeri Australia memperbarui travel advice (peringatan perjalanan) bagi warga Australia yang bepergian ke Indonesia, serta keputusan Amerika Serikat (AS) menetapkan tiga orang dari Asia Tenggara sebagai teroris.

Selain itu, pada Selasa (21/8/2018), beredar di dunia maya video berisi ancaman dari Divisi Peretasan ISIS kepada pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo.

Mereka menyoroti perlakuan pemerintah Indonesia kepada rekan-rekan mereka, mulai dari pemenjaraan hingga pemblokiran akun sosial media.

Dua hari kemudian, tepatnya Kamis (23/8/2018), pemerintah Australia memperbarui travel advice, karena alasan akan adanya serangan teroris di Indonesia. Karena travel advice itu pula, staf konsulat jenderal Australia di Surabaya tidak menghadiri acaranya di Universitas Airlangga.

Setelah itu, dari Washington, AS, dilaporkan pada Jumat (24/8) pekan lalu bahwa otoritas intelijen setempat menetapkan tiga orang dari Asia Tenggara sebagai teroris karena diduga merekrut orang lain bergabung dengan ISIS.

Satu dari tiga orang itu berkewarganegaraan Indonesia, berinisial MKYF. Profil tiga orang ini terlihat dalam video ISIS pada Juni 2016, saat algojo ISIS memenggal tiga sandera.

Baca: Cerita Nova, Atlet Lari yang Sempat Tak Dijagokan Dapat Medali

Menurut Bamsoet fakta-fakta tersebut memang belum tentu saling berkait. Tetapi, Polri, TNI dan BIN patut menggarisbawahi dan memberi respons terukur. Semua potensi ancaman harus dieliminasi sejak dini," katanya.

"Sebab, setelah Asian Games 2018, Indonesia kembali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang akan diselenggarakan pada Oktober 2018 di Bali. Forum ini akan dihadiri 18.000 anggota delegasi dari 189 negara, termasuk 10 pemimpin ASEAN," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini