TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) harus dilakukan semua institusi untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Upaya itu tidak terlepas dari perhatian semua pihak, termasuk instiusi yang mencetak SDM.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara mengatakan, seluruh institusi yang menghasilkan SDM harus merubah kondisi ada.
"Terutama kurikulum disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan industri dan pelaku ekonomi di masa yang akan datang," kata Ngakan dalam Focus Group Discussion bertajuk "Akselerasi Industri 4.0 Berbasis Produk Kelautan dan Perikanan Indonesia" yang digelar DPP PDI Perjuangan, Kamis (27/9/2018) di kantor DPP PDI Perjuangan.
Menurut Ngakan, peningkatan SDM akan meningkatkan produktivitas. Dia menambahkan keberpihakan pemerintah juga harus cukup jelas, termasuk dari sisi politik anggaran. Menurut dia, anggaran harus disiapkan untuk meningkatkan inovasi dan penemuan-penemuan baru.
"Tanpa ada kreativitas, revolusi industri 4.0 tidak akan berjalan. Hal ini mengingat ciri utama dari revolusi industri 4.0 adalah inovasi," ujarnya.
Dalam FGD yang dihadiri Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Maritim Rokhmin Daruri, itu Ngakan mengatakan penerapan revolusi industri 4.0 harus terintegrasi. Mulai dari on farm, pengolahan, sampai distribusi.
Dia mengatakan, Kementerian Perindustrian sudah memetakan ada 84 sektor industri. Namun, dari 84 itu diambil lima sektor yang terlebih dahulu didorong untuk menerapkan revolusi industri 4.0 karena memberikan impact ekonomi yang signifikan.
Kelima sektor itu adalah makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif dan elektronik. "Ini transformasi teknologinya lebih mudah dibanding sektor lain," ungkapnya.
Ngakan menepis penerapan revolusi industri 4.0 akan mengurangi penyerapan tenaga kerja. Menurut Ngakan, jika revolusi industri 4.0 dilakukan, maka kekhawatiran orang tentang pengurangan tenaga kerja tidak akan terjadi.
Bahkan, kata dia, dengan menerapkan revolusi industri 4.0, maka akan ada tambahan 10 juta tenaga kerja pada 2030. Sehingga, kata dia, total tenaga kerja yang bisa terserap sampai 2030 nanti bisa mencapai 30 juta orang.
"Jadi sekarang semua harus peduli bagaimana mengembangkan anak-anak muda untuk maju dan kreatif dalam menghadapi revolusi industri 4.0 itu," ujarnya.
Lebih lanjut Ngakan mengatakan, industri pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai tambah. Sumber daya Indonesia yang besar, harus bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Ngakan berpesan, bonus demogratif yang dimiliki Indonesia harus dimanfaatkan. Menurut Ngakan, negara yang lewati masa bonus demografi, maka pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. "Kita tidak mau itu," tegasnya.
Karena itu, dia mengajak memberdayakan dan meningkatkan kreativitas serta kualitas SDM terutama anak muda. "Bonus demografi harus dimanfaatkan dengan peningkatan skill. Berdayakan anak muda supaya bisa menyambut teknologi masa depan," katanya.
Ngakan mengatakan, Indonesia tetap membutuhkan investasi. Baik itu dari dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya menarik investor datang adalah dengan menjaga stabilitas politik. "Jangan harap investor datang kalau situasi politik tidak bagus," pungkasnya.