TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD membuka kegiatan Sekolah #PancasilaMuda di Auditorium Conclave, Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, Minggu (30/9/2018).
Sebelum pelatihan soal Pancasila dan literasi digital dimulai, Mahfud MD mengajak kalangan muda peserta Sekolah Pancasila itu berdoa bersama.
Doa ditujukan untuk saudara-saudara sebangsa yang terdampak bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, serta daerah di Sulawesi Tengah.
"Salah satu ketidakpastian yang pasti adalah bencana dan kematian. Mari mendoakan saudara-saudara kita di Palu yang sedang dilanda bencana. Mari terus jaga solidaritas dan persatuan," kata Mahfud MD, Minggu (30/9/2018).
Pada kesempatan itu, Mahfud MD menekankan pentingnya kalangan muda menjaga persatuan.
Indonesia sangat kaya, memiliki beragam kekayaan suku budaya, bisa maju jika semua bersatu.
"Jangan terkotak-kotak apa agamamu, apa sukumu, yang utama satu Indonesia, tetap Pancasila," ujarnya.
Mahfud menandaskan relevansi Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi pegangan bersama.
"Pancasila itu dasar negara bukan dasar agama. Kalau agama masing-masing," jelasnya.
Dasar negara menjadi hal penting terutama di era perubahan begitu cepat. Dia menjelaskan, dalam waktu 50 tahun terakhir, tren generasi berubah cepat. Perkembangan teknologi begitu cepat seiring kemajuan teknologi. Lalu, di mana Pancasila?
"Pancasila itu memberi hati, memberi rasa. Sampai kapanpun kita bangsa Indonesia adalah warga ber-Tuhan, yang menjunjung kemanusiaan, tetap bersatu, berdemokrasi, dan adil," jelasnya. "Saudara-saudara harus jadi manusia, bukan robot."
Dalam kesempatan sama, Kepala Multimedia KLY yang juga pegiat mobile jurnalist, Andi Muhyidin mengatakan lewat teknologi terkini, kaum muda bisa membuat konten-konten positif yang mencerahkan.
"Teman-teman milenial adalah ujung tombak menangkal hoaks," katanya.
Adapun Kepala Sekolah (Kepsek) Sekolah Pancasila Dedi Rimbo mengatakan agenda pelatihan ke anak-anak muda ini bertujuan untuk memancing kepedulian generasi milenial untuk menjaga Pancasila dan ber-media sosial secara bijak.
Pada agenda Sekolah Pancasila yang perdana ini pesertanya dibatasi 100 anak muda.
"Pesertanya dari Aceh sampai Papua, nanti kita gelar rutin di kota-kota lain."
Dedi menambahkan, pendidikan dan diskusi soal Pancasila sangat dibutuhkan di era kekinian di mana teknologi begitu cepat berkembang.
"Yang terpenting kita tetap Indonesia tetap Pancasila. Indonesia itu soal rasa," ucapnya.