Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Joko Widodo dan Mar'uf Amin mengkritisi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi yang dianggap mempolitisasi kasus dugaan penganiayaan terhadap aktivis perempuan, Ratna Sarumpaet.
Wakil Direktur Pemilih Muda TKN Jokowi-Ma'ruf, Tsamara Amany Alatas mengatakan, klarifikasi Ratna menunjukan koalisi Prabowo-Sandi tidak kompeten untuk memimpin bangsa.
Baca: Dengar Kabar Ratna Depresi Berat, Prabowo Tidak Tahu Apa Penyebabnya
Tsamara mengkritik calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, yang menelan mentah informasi tentang penganiayaan terhadap Ratna, tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu.
"Pak Prabowo harusnya menyelidiki terlebih dahulu sebelum melakukan konpers yang membuat gaduh republik dengan tuduhan yang sangat serius: penganiayaan," ujar Tsamara saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (4/10/2018).
Tsamara mengatakan, Prabowo dan koalisinya terbukti hanya mengandalkan emosi, dan bukan pertimbangan rasional. Karakter seperti itu, menurut Tsamra tak seharusnya dimiliki oleh seorang calon pemimpin.
"Bagaimana mungkin kita percaya sosok seperti ini bisa menjadi Presiden Republik Indonesia?" tutur Tsamara.
Tsamara menilai Prabowo dan BPN Adil dan Makmur tidak peka dengan Indonesia yang tengah dilanda bencana di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
"Bayangkan ketika saudara-saudara kita di Palu dan Donggala sedang ditimpa musibah, Pak Prabowo dengan berita yang simpang siur tanpa melakukan cek dan ricek lebih lanjut langsung mengambil kesimpulan terjadi penganiayaan," tutur Tsamara.
Baca: Vivo Indonesia Bersama ACT untuk Kemanusiaan Membantu Palu dan Donggala
Tsamara berujar, Prabowo membuat isu bohong terkait penganiayaan terhadap Ratna menjadi perhatian khusus masyarakat. Sehingga, hoaks tersebar. Menurut Tsamara, apa yang tersebar tidak mengedukasi masyarakat jelang Pilpres 2019.
"Menunjukkan bahwa kecilnya komitmen koalisi ini terhadap Pemilu yang edukatif. Ini menjadi contoh bahwa segala cara bisa dilakukan untuk meraih kekuasaan. Sungguh miris," imbuh Tsamara.