TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengevaluasi peristiwa gempa dan tsunami yang menerjang Sigi, Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menargetkan adanya pemutahiran teknologi mitigasi kegempaan dan tsunami di Indonesia.
"Jadi mitigasi sebetulnya sudah berjalan selama 10 tahun. Karena teknologi itu biasanya 10 tahun akan terlambat (menurun kualitasnya). Sehingga, kami perlu meningkatkan teknologinya lagi." kata Ketua BMKG Dwikorita Karnawati dalam diskusi bertema : Palu Retak di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/10/2018).
Dwi mengaku pihaknya telah berkordinasi dengan sejumlah negara seperti Jepang dan Jerman untuk mengembangkan tekhnologi sensor gempa dan tsunami di dasar laut yang lebih mutahir.
"Karena begitu gempa dan tsunami akan terjadi, sensor itu segera mengirimkan informasi ke BMKG. Nah, sistem itu yg belum terbangun. Itu target kami dan harus segara kami lakukan," tegas Dwi.
Baca: Rupiah Tembus 15 Ribu per Dolar AS, Iwan Fals Singgung Mata Uang Zimbambwe
Dwi juga berharap pemerintah dapat memberikan anggaran yang cukup untuk mewujudkan hal tersebut. BMKG menilai sistem sesor gempa dan tsunami di dasar laut ini mampu lebih cepat mengirimkan hasil deteksi lebih cepat.
"Kami sih inginnya tahun depan kita sudah punya itu. Semoga saja," singkatnya.