TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf meminta pihak-pihak tertentu tidak mengaitkan pertemuan IMF-World Bank dengan bencana di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Wakil Sekretaris Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf, Verry Surya Hendrawan mengatakan, seharusnya kegitan IMF-World Bank didukung dan memberikan kesempatan untuk Indonesia sebagai tuan rumah dapat memasukkan agenda-agenda yang memberikan keuntungan strategis, terkait investasi, pariwisata dan perdagangan internasional
Karena itu, Verry yang merupakan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia ini, menyayangkan pihak-pihak tertentu yang masih saja meminta pembatalan penyelenggaraan IMF-World Bank.
Menurut Verry, hal itu bertentangan dengan semangat juang bangsa Indonesia, yang pantang menyerah dan telah teruji sukses menyelenggarakan acara bertaraf internasional.
"Apalagi bila kemudian dengan mudahnya mengkaitkannya dengan bencana alam di Donggala, Palu dan Sigi," ujar Verry, dalam keterangan tertulis, Minggu (7/10/2018).
Baca: Budiman Sudjatmiko Tantang Debat Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung hingga Dahnil Anzar
Verry mengatakan, Presiden Jokowi telah menunjukkan keseriusan dalam penanganan musibah ini. Di antara kesibukan yang padat, ucap Verry, Jokowi telah dua kali mengunjungi Palu.
"Bahkan juga ikhlas mengorbankan jadwal berkampanye. Ini menunjukkan pengelolaan manajemen, skala prioritas dan kenegarawanan Presiden Jokowi," kata Verry.
Karena itu, Verry mengimbau pihak-pihak tertentu untuk tidak lagi mengaitkan IMF-WB Annual Meeting ini, semata-mata dengan skenario pemerintah untuk berutang.
"Saya heran. Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah pada 2014 saat Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, dan ditetapkan baru pada 2015. Presiden Jokowi langsung bergerak cepat untuk mempersiapkan segala sesuatu,” katanya.
Verry mengajak seluruh pihak untuk arif, tidak sekedar beda dengan pemerintah. Namun memberikan alternatif solusi nyata.
"Jangan hanya karena Pilpres, semua yang dilakukan paslon kami bernilai salah. Masyarakat semakin cerdas menilai, mana yang benar-benar bekerja dengan tulus dan ikhlas, atau sebaliknya dan malahan sibuk menyebarkan hoax,” sambungnya.