Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 22 orang siswa meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei.
"Untuk yang terdampak, siswa meninggal dunia ada 22," ujar Willem di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (8/10/2018).
Baca: Mahasiswa Demo Tuntut Gubernur Sumut Lindungi Nelayan
Sementara itu, 33 orang siswa hilang, satu orang menderita luka berat dan masih dalam penanganan medis.
Untuk guru dan tenaga pendidik yang tewas berjumlah 22 orang dan hilang 14 orang.
Sedangkan, dua orang lainnya masih dirawat inap.
Setelah terjadi gempa bumi dan tsunami, dia menjelaskan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) masih terus mengupayakan tambahan tenaga pengajar di sana.
Baca: Pengacara Saksikan Ratna Sarumpaet Mengonsumsi Obat Setiap Hari
Guru dan pegawai sekolah yang berada di luar Palu telah diimbau untuk kembali.
"Sebagian guru berasal dari luar daerah Palu sehingga dalam situasi ini mereka ke luar Palu sementara dan sekarang sudah diimbau semua," tambahnya.
Sebelumnya, gempa bumi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah tak hanya menimbulkan korban jiwa.
Namun, bencana alam yang merenggut nyawa lebih dari 1000 orang itu membuat korban mengalami trauma.
Baca: Status Tahanan Kota Ratna Sarumpaet Tergantung Penyidik
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangile, mengatakan trauma dialami para guru dan siswa yang terdampak bencana alam.
"Ada kendala. Guru-guru sebagian terdampak dan trauma, termasuk murid-muridnya dan orang tuanya yang belum mengizinkan anaknya," kata Willem.
Padahal, kata dia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sudah mengingatkan supaya kegiatan belajar dan mengajar tetap berjalan seperti semula.
"Untuk pendidikan, Mendikbud segera meminta agar murid-murid mulai masuk sekolah," katanya.