Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan bahwa pemerintah tidak dapat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) secara sembarangan.
Meski BBM jenis premium dan pertamax sudah tidak lagi disubsidi, pemerintah harus tetap tunduk kepada UUD 1945 pasal 33.
"Oh tidak bisa (sembarangan). Itu tunduk kepada strategi komoditi. Tunduk kepada pasal 33. Dia tetap, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Harganya tinggi ya berarti rakyat semakin tidak sejahtera. Gitu aja kok. Enggak usah dicari teori lain soal itu," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan,Jakarta, Rabu, (10/10/2018).
Baca: Fakta-fakta Pemeriksaan Amien Rais Hari Ini, Suguhan Gudeg hingga Tanggapan Mahfud MD
Sekarang ini menurut Fahri pemerintah cenderung sembrono dalam menaikan harga BBM.
Pemerintah diam-diam menaikan, lalu membatalkannya.
Padahal BBM menyangkut hajat hidup orang banyak.
"Di awal dulu waktu diumumkan Pak Jokowi bikin wawancara, 'saya rela untuk kehilangan popularitas demi masa depan lebih baik bla bla bla supaya subisidi lebih tepat sasaran'. Lah sekarang ini apa terus? Tiap hari diam-diam maju mundur, ini kan ngaco. Saya kira pemerintah harus menjelaskan ulang apa yang anda lakukan," katanya.
Baca: Dalih Melawan Ekstremisme, Cina Gelar Kampanye Anti-Halal di Xinjiang
Fahri mengatakan rencana kenaikan harga BBM jenis Premium yang kemudian dibatalkan menandakan pemerintah tertutup dalam mengeluarkan keputusan.
Pemerintah memiliki masalah yang tidak terbuka terhadap publik.
"Gejala-gejala ini menakutkan menurut saya. Dan itu artinya pemerintah punya masalah yang tidak terbuka kepada publik. Subisidi dicabut diam-diam, harga BBM, tarif dasar listrik naik diam-diam. Lalu kemudian kurs mata uang rupiah dibilang baik. Padahal dia sibuk, Bank Indonesia sudah habis trilunan rupiah untuk menutup lubang persaingan kurs," katanya.
Sementara di satu sisi, pemerintah malah bangga dipuji lembaga moneter IMF.
Baca: Analisis Indra Sjafri Soal Kelemahan Timnas U-19 Indonesia dari Sisi Bertahan dan Menyerang
Padahal kata Fahri, pujian tersebut bertujuan agar Indonesia mengajukan kredit kepada lembaga tersebut.
"Eh ada apa ini? Come on. Sementara IMF datang muji-muji. Biasanya IMF muji itu memuji calon pasien itu. Dia kan bank, IMF World Bank adalah bank. Bank gede. Jadi dia mungkin berharap kita jadi calon pasien, nasabah," pungkasnya.