Target ini meningkat dari capaian Partai Demokrat di Pileg 2019 lalu yang hanya meraih 10,8 persen.
"Hanya Partai Demokrat dan SBY serta kader yang bisa selamatkan suara partai. Hormati sikap kami yang mana yang harus didahulukan," kata Andi.
Andi menegaskan, ini adalah siasat Partai Demokrat dalam berkoalisi.
Partai Demokrat, kata dia, punya kemandirian dan tidak bisa didikte sekalipun oleh parpol koalisi Prabowo-Sandiaga.
Ia meminta Gerindra dan seluruh parpol koalisi untuk menghormatinya.
Andi mengatakan, jika Demokrat mendapatkan kemenangan besar di pileg, ia yakin hal itu akan berdampak pada suara Prabowo-Sandiaga di Pilpres.
"Pilihan kami sudah final. Demokrat first," ujar Andi Arief.
Demokrat realistis
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, tak solidnya Partai Demokrat terlihat sejak Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung SBY, tidak dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Di menit-menit terakhir, Prabowo justru menjatuhkan pilihan kepada Sandiaga Uno, yang juga merupakan kader Partai Gerindra.
"Demokrat mau gabung ke koalisi Jokowi sudah susah, waktunya sudah mepet, tetapi dengan Prabowo juga tidak happy," kata Qodari.
Menurut dia, Demokrat akhirnya bersikap realistis.
Qodari menilai, Demokrat beranggapan bahwa peluang AHY menjadi pemimpin di masa depan semakin kecil jika Prabowo-Sandiaga memenangi pilpres.
"Tidak strategis bagi Demokrat, bagi AHY, kalau Prabowo-Sandi menang," ujar Qodari.