Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNNEWS.COM, SUMUR - Banyak warga yang tidak kebagian dan susah mendapatkan bantuan pasca musibah tsunami di Banten pada Sabtu (22/12/2018).
Hal itu terjadi di lokasi yang paling parah memakan korban jiwa tsunami di Banten, kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Korban selamat yang mengungsi harus diribetkan dengan birokrasi saat pembagian sembako, bantuan baju dari relawan yang jauh-jauh datang untuk menyalurkan bantuan.
Pasalnya, warga Kecamatan Sumur yang ingin mendapatkan bantuan logistik harus menunjukan KTP atau identitas lainnya baru bisa membawa pulang bantuan.
Baca: Arya Sinulingga: Keluarga Prabowo Ada yang Kristen, Wajar Ikut Perayaan Natal
Seperti yang terjadi pada Lilis, satu dari ratusan korban tsunami di Banten yang belum mendapatkan bantuan pantaran identitas dirinya hanyut terbawa ombak.
"Sudah hampir seminggu saya belum bisa ambil bantuan. Selama ini dapat bagian dari tetangga-tetangga saja sukarela bagi-bagi," keluh Lilis saat dijumpai di Sumur, Kabupaten Pandeglang, Kamis (27/12/2018).
Seorang donatur sembako dan logistik, Destiara mengaku prihatin saat melihat ke lapangan dan melihat realitas pembagian dontur bantuan.
Jauh-jauh datang dari Kabupaten Tangerang bersama keluarganya, ia mengurungkan niatnya menyalurkan bantuan melalui posko.
Dimana, Destiara dan keluarga akhirnya menyalurkan langsung bantuan ke rumah para korban yang belum mendapatkan bantuan.
"Pas tahu ribet harus ada KTP, kasian juga nanti percuma bantuan gak sampai. Tadi langsung ke rumahnya saja. Pas saya sampai kira-kira ada tujuh kepala keluarga yang belum dapat bantuan," papar Destiara.
Ketujuh keluarga tersebut belum mendapatkan bantuan sampai Destiara datang lantaran identitas diri yang hanyut saat Tsunami mengoyak Kecamatan Sumur.
Caption foto;
Satu dari beberapa posko bantuan logistik di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandegpang, Kamis (27/12/2018).