TRIBUNNEWS.COM - Beredarnya hoaks tujuh kontainer berisi surat suara dari Cina yang sudah dicoblos untuk capres cawapres nomor urut 01 di Pelabuhan Tanjung Priok, diduga menjadi hidden agenda mendelegitimasi Pilpres dan meneror Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Pengamat Politik dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto memaparkan, berita hoaks yang kemudian menjadi sorotan publik karena cuitan dari Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief, merugikan seluruh rakyat Indonesia.
"Diduga ada motif terselubung atau hidden agenda setting untuk mendelegitimasi Pilpres," paparnya kepada TribunSolo.com, Jumat (4/1/2019).
Dosen Hukum Tata Negera itu menerangkan, jika berita bohong yang berkaitan dengan isu-isu pemilu tersebut memang sengaja dirancang khusus dengan sasaran tembak KPU.
"Maka berpotensi meneror kinerja KPU dalam penyelenggaraan pemilu," terang dia.
Dia melanjutkan, untuk itu dikhawatirkan teror-teror dengan berita tidak benar terkait pemilu, akan meruntuhkan kepercayaan publik pada penyelenggara pemilu yang notabene saat ini tengah mempersiapkan berbagai hal.
"Agar ada kesan di mata publik sejak awal KPU tidak profesional dan curang dalam pemilu," kata dia.
"Itu kan berbahaya, padahal KPU menjunjung tinggi integritas dan profesional," imbuhnya.