Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, mengungkapkan pernah memarahi politisi Partai Golkar, Eni Maulani Saragih, jelang Munaslub 2017.
Hal ini diungkap Setnov saat dihadirkan sebagai saksi kasus proyek PLTU Riau-1 yang menjerat terdakwa Idrus Marham. Sidang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa (19/2/2019).
Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK mengungkapkan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Nomor 29 untuk pemilik saham Blackgold Natural Resource Ltd, Johannes B. Kotjo.
"Saya menemukan di BAP Pak Kotjo, Pak Kotjo, apakah Pak Kotjo pernah WA (whatsApp,-red) sama Eni, dan itu memperbincangkan terkait Eni pada peta perubahan politik Partai Golkar merapat ke salah satu calon yaitu Airlangga (Hartarto,-red). Yang kemudian Pak Novanto marah," tanya JPU pada KPK.
Baca: Ribuan Orang di Kabupaten Tegal Terancam Tidak Bisa Gunakan Hak Pilihnya, Ini Penyebabnya
Semula, JPU pada KPK menanyakan itu kepada Kotjo yang dihadirkan ke persidangan sebagai saksi. Namun, Kotjo mengaku lupa mengenai kejadian tersebut.
"Saya di telepon atau ketemu tidak ingat, Pak Novanto marah, Kenapa? Karena dia merapat ke Airlangga, tidak lah, aku rasa tidak," jawab Kotjo.
Lalu, JPU pada KPK menanyakan kepada Setya Novanto. "Benar Pak Nov, Pak Nov marah sama Eni," tanya JPU pada KPK.
Novanto menjawab "Jadi, seingat saya memang yang pertama ada pertanyaan Plt begitu saya ditahan, jadi kita sepakat menunjuk Idrus sebagai Plt, karena selain pengalaman, loyalitas tinggi, menguasai organisasi saya setuju,".
Dia mengaku sempat memarahi Eni karena sudah melakukan manuver berupa mendekatkan diri kepada Airlangga Hartarto. Padahal, Novanto menegaskan posisinya, pada saat itu, masih menjabat sebagai ketua umum partai berlambang pohon beringin itu
"Sebelum saya ditahan. Eni sering rapat dengan Airlangga. Bahkan sudah menyatakan Munaslub. Saya tegur kenapa belum-belum sudah mengadakan ini, saya masih ada masalah dengan e-KTP, saya minta loyalitas," tegasnya.
Di kesempatan itu, Novanto mengungkapkan pernah meminta kesediaan Idrus Marham menjadi ketua umum Partai Golkar. Namun, mantan menteri sosial itu mengaku keberatan terhadap posisi tersebut.
"Saya tanya Pak Idrus apakah minat untuk menjadi ketua umum. Pak Idrus mengatakan saya belum siap menjadi ketum, kalau hanya sebagai Plt mungkin saya masih bisa hanya sementara, mestinya kemampuan saya nilai bisa," tambahnya.