TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberagaman merupakan tradisi dari bangsa Indonesia. Dari adanya keberagaman tersebut kemudian dapat membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Karena itulah saat ini menjadi penting untuk masyarakat mempertahankan kedaulatan bangsa dan NKRI yang berdasarkan Pancasila.
“Mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara NKRI yang berdasarkan Pancasila, hakekatnya merupakan perwujudan dari spirit mengamalkan ajaran dan nilai-nilai agama,” ucap Inisiator Gerakan Ikrar Kebangsaan dari Aliansi Anak Bangsa Untuk Indonesia (ABI) Ngatawi Al Zastrouw dalam pernyataan persnya saat persiapan acara “Doa dan Ikrar Anak Bangsa untuk Indonesia” di Aula Panti Trisula Perwari di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis(28/2/2019).
Menurut Ngatawi, semua sila dalam Pancasila merupakan cerminan dari ajaran dan nilai-nilai agama.
“Agama memerintahkan manusia untuk menjaga dan melindungi semua ciptaan Tuhan yang berbagai ragam jenisnya, sebagaimana yang ada dalan bangsa Indonesia,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut Ngatawi juga menyinggung soal maraknya hoaks di Indonesia. Ia menilai fitnah, hoaks, dan ujaran kebencian bertujuan untuk menghancurkan rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
“Ini bisa mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika ini dibiarkan maka akan mengancam keberagaman dan mengikis semangat kebangsaan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Ma'arif atau akrab disapa Buya Syafii bicara soal Pemilu 2019 yang menurutnya membuat anak bangsa tuna adab hingga suka berbohong.
Dia juga heran pemilu kali ini menyeret Tuhan.
"Para politisi lebih pikirkan dirinya sebagai caleg, Saya pikir yang masif itu sebenarnya ujaran kebencian dan fitnah, tuduh-menuduh. Dan itu menyeret Tuhan. Masa Tuhan diajak pemilu? Kan nggak benar. Itu sudah nggak benar. Dan itu terjadi," kata Buya Syafii.
Kalau Indonesia mau bertahan lanjut Buya jangan sampai ada permusuhan diantara sesama anak bangsa.
"Sebab, Mohammad Hatta mengatakan demokratis hanya bisa berjalan dengan tiga cara, tanggung jawab, rasa memiliki, dan lapang dada. Dikelola dengan baik. Jangan ada permusuhan," ujarnya.(Tribunnews/Willy Widianto)