Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jenazah sandera warga negara Indonesia (WNI) atas nama Hariadin diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia hari ini Sabtu (6/5/2019).
Selain jenazah Hariadin, WNI bernama Heri Ardiansyah juga terimakan dari otoritas setempat, di pangkalan militer Westmincom di Zamboanga City.
"Hari ini Heri Ardiansyah dan jenazah Hariadin diserahterimakan kepada wakil Pemerintah Indonesia. Selanjutnya Pemerintah Indonesia akan melakulan proses pemulangan ke Indonesia pada kesempatan pertama," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum (PWNI) Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, diketerangannya, Sabtu (6/4/2019).
Baca: Sandera WNI Meninggal Dalam Proses Pembebasan di Filipina Selatan
Hariadin meninggal karena tenggelam saat berusaha berenang menyelamatkan diri, pasca bebas dari operasi militer Filipina, di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, Jumat kemarin (5/4/2019).
"Dia berusaha berenang menghindari serangan angkatan bersenjata Filipina terhadap penyandera, bersama Heri Ardiansyah yang berhasil selamat," tutur Iqbal.
Iqbal menerangkan, sejak akhir Februari 2019, Divisi 11 Angkatan Bersenjata Filipina yang didukung oleh Tim BAIS TNI malakukan operasi pembebasan sandera.
Angkatan bersenjata Filipina itu terus memberikan tekanan kepada para penyandera. Dalam perkembangan terakhir, para penyandera terdesak di Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan.
"Pemerintah Indonesia menyampaikan ungkapan duka cita yang mendalam kepada keluarga Almarhum Hariadi. Kementerian Luar Negeri telah berkomunikasi dengan keluarga kedua WNI di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dan di Sandakan, Malaysia, guna mengabarkan peristiwa tersebut," jelas dia.
Sejak tahun 2016, sebanyak 36 WNI disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan. Dari jumlah tersebut seluruhnya berhasil dibebaskan, namun 1 orang sandera WNI meninggal dalam proses pembebasan tersebut..
Hariadin dan Heri Ardiansyah, merupakan dua WNI yang diculik kelompok bersenjata Filipina Selatan sejak 5 Desember 2018 lalu, di perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia.