TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Frasksi Golkar Bowo Sidik Pangarso, tersangka kasus suap dan gratifikasi mengungkap, penyiapan ratusan ribu amplop untuk 'serangan fajar' pencalegannya berasal dari elit Golkar, Nusron Wahid.
"Pak Nusron Wahid meminta saya untuk menyiapkan 400.000 (amplop)," kata Bowo usai diperiksa di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (9/4).
Sebanyak 400.000 itu merujuk pada barang bukti jumlah amplop uang yang diamankan oleh KPK dari kasus Bowo Sidik. Ratusan ribu amplop itu berisi uang pecahan Rp 50 ribu dan Rp 20 ribu, dengan total sekitar Rp 8 miliar.
Baca: Reaksi Jubir PSI Dini Shanti saat Nusron Wahid akui Golkar Belum Transparan terkait Dana Operasional
Saat ditanya wartawan tentang ratusan amplop itu akan digunakan untuk 'serangan fajar' Pemilu Legislatif atau Pemilu Presiden, Bowo menjawab, "Yang jelas partai kami dukung 01."
Pengacara Bowo, Saut Edward Rajagukguk mengatakan kliennya telah menyampaikan informasi tersebut kepada penyidik KPK dalam pemeriksaan. "Ya, ya langsung disampaikan (ke penyidik). Karena memang dia diperintah, ya dia bilang diperintah, supaya banyak yang memilih mereka berdua, karena di dapil yang sama," kata Saut usai mendampingi pemeriksaan Bowo Sidik.
Menurutnya, ratusan ribu amplop itu disiapkan untuk dibagi-bagikan atau 'serangan fajar' Bowo Sidik selaku calon anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah II.
"Amplop mau dibagi ke Jawa Tengah atas perintah pimpinan dia, Pak Nusron Wahid. Pimpinan di pemenangan pemilu. Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu) Jateng-Kalimantan. Ini langsung disampaikan Bowo ke penyidik," jelasnya.
Bowo dan Nusron berada dalam satu partai politik yang sama, yakni Golkar. Selain itu, Bowo Sidik dan Nusron Wahid sama-sama kembali maju dalam pemilihan calon anggota DPR dari Dapil Jateng II.
Baca: Tak Sadar Menumpang Buronan Pemerkosaan, Seorang Wanita di Jayapura Diperkosa Hingga 6 Kali
Nusron Wahid juga merupakan Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar. Dia ditunjuk Golkar menggantikan Bowo Sidik sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa Tengah I setelah Bowo Sidik ditangkap oleh KPK.
"Ya karena dia (Bowo) diperintah ya dia bilang diperintah (oleh Nusron). (Tujuannya) supaya banyak yang memilih mereka berdua. Karena di dapil yang sama," ungkap Saut.
"Bahkan katanya 600 ribu yang menyiapkan Nurwo (Nusron Wahid). Pak Wahid 600 ribu amplop, Pak Bowo 400 ribu amplop," imbuhnya.
Fakta lainnya dari amplop-amplop serangan fajar Bowo ialah adanya cap jempol di masing-masing amplop. Namun, Saut memastikan cap jempol itu bukan merujuk pada capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin selaku kontestan Pilres 2019.
"Cap jempol memang dibuat karena supaya tahu bahwa amplop ini sampai atau nggak nanti. Sebagai tanda saja," kata Saut.
"Nggak ada (terkait Pilpres). Jadi begini, mereka punya pengalaman bahwa amplop itu tidak disampaikan kepada yang bersangkutan, nah untuk menghindari itu dibuat tanda cap jempol," sambungnya.
Nusron Wahid langsung membantah saat dikonfirmasi perihal pengakuan Bowo Sidik dan pengacaranya itu. "Tidak benar," kata Nusron.
Nusron menegaskan tak pernah memerintahkan Bowo Sidik menyiapkan amplop serangan fajar. Dia membantah pengakuan Bowo. "Tidak tahu-menahu," ujar Nusron.