Dalam chatnya kepada HRS, Yusril mengaku memang mempersoalkan track record Prabowo dan Sandi berjuang dalam gerakan Islam, yang menurutnya tidak ada.
"Saya sama sekali tidak menilai kadar keIslaman seseorang karena hal itu adalah kewenangan Allah SWT untuk menilainya," ucap Yusril.
"Saya juga tidak punya track record lakukan kebohongan publik maupun terhadap orang perorangan," imbuhnya.
Kemudian Yusril pun menolak dicap sebagai pengkhianat. Baginya, Habib Rizieq sama sekali belum pernah memberi amanat kepadanya.
"Rizieq tidak pernah memberi amanat apapun kepada saya terkait dengan Pilpres ini. Jadi apa yang saya khianati?" katanya.
Lantas kemudian Yusril bercerita bertahun-tahun menulis pidato dan surat-surat Presiden Soeharto tanpa sekali pun berbuat khianat.
Sebagai staf Mohammad Natsir, Yusril juga sering menyiapkan surat-surat dan naskah-naskah untuk ditandatangani Mohammad Natsir tanpa cacat dan cela.
"Atas dasar apa Habib Rizieq menuduh saya pengkhianat. Apakah karena saya beda pilihan capres dengan beliau, lantas saya dituduh pengkhianat?" tuturnya.
"Saya sebelumnya juga tidak pernah menyatakan mendukung Prabowo sehingga, kalau saya memutuskan mendukung Jokowi dan Kiai Ma'ruf Amin, apakah saya berkhianat sama Habib Rizieq atau berkhianat pada Prabowo?" ujar Yusril.
Akhirnya, Yusril nengungkapkan alasan dirinya dan PBB memutuskan memilih Jokowi-Kiai Ma'ruf, bukan Prabowo-Sandiaga Uno.
Dirinya berpendapat, dalam situasi Indonesia sekarang, sangat perlu ulama tampil memimpin.
Ia mengatakan sependapat dengan hasil Ijtimak Ulama I, yang memutuskan mendukung Prabowo dan mengusulkan dua nama sebagai kandidat cawapres, yakni Ustaz Abdul Somad dan Habib Salim Segaf Al-Jufri.
"Tetapi karena Prabowo memilih Sandi, yang bukan ulama, saya jadi bertanya-tanya. Ketika Ijtimak Ulama II melegitimasi pilihan Prabowo terhadap Sandi, saya mulai berpikir lain. Sementara di sisi lain, Jokowi yang tidak diminta siapa pun untuk memilih ulama sebagai wakilnya, malah memilih Kiai Ma'ruf Amin, Ketua Umum MUI dan Rais Aam PBNU. Nah, siapa di antara kita yang meragukan keulamaan Kiai Ma'ruf?" tanya Yusril.
Atas dasar itulah akhirnya Yusril dan PBB memutuskan mendukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin.