TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terkait politik uang saat Pemilu 2019, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masyarakat mencermati kasus ditangkapnya enam orang kurir yang membawa mata uang asing sejumlah Rp 90 miliar pada Jumat (12/4/2019) di Bandara Soekarno Hatta.
Ia meminta agar kasus tersebut sekaligus menjadi peringatan bagi upaya-upaya permainan politik uang dalam Pemilu 2019.
Hal itu disampaikan Agus usai diskusi publik "Pilih yang Bersih Cek Rekam Jejak" di Kantor MMD Initiative, Jalan Kramat 6 nomor 18, Senen, Jakarta Pusat pada Selasa (16/4/2019).
"Saya sangat berharap kemarin sebenarnya juga menjadi peringatan. Itu kan Rp 90 miliar dari money changer. Jadi itu juga harus menjadi perhatian kita karena itu juga menjadi peringatan," kata Agus.
Baca: Polisi dan Bawaslu Tangkap Terduga Pelaku Politik Uang di Tanah Karo
Ia juga percaya bahwa Kepolisian RI akan menelisik lebih jauh terkait kewajaran pengakuan enam orang kurir tersebut.
"Pasti polisi akan menelisik lebih jauh apakah itu benar terjadi secara wajar," kata Agus.
Sebelumnya diberitakan Polda Metro Jaya meringkus enam orang yang membawa masuk uang asing berupa Yen Jepang, Won Korea Selatan, Dolar Singapura, Real Arab Saudi, dan Dolar Selandia Baru di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (12/4/2019).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengungkapkan enam kurir yang membawa mata uang asing senilai Rp 90 miliar mengaku sebagai pegawai jasa penukar uang atau money changer.
"Menurutnya yang bersangkutan, uang itu dibeli di luar negeri. Tapi kita kan sebagai penyidik perlu mempertanyakan dengan adanya uang sejumlah besar itu masuk ke Indonesia buktinya mana," ujar Argo di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (14/4/2019).
"Kalau membeli dari luar negeri, sampai saat ini belum bisa membuktikan. Mereka itu adalah pegawai money changer yang ada di Jakarta," tambah Argo.
Saat Ditreskrimsus Polda Metro Jaya masih melakukan pendalaman terhadap kasus tersebut. Termasuk asal para pelaku mendapatkan uang tersebut.
"Setelah kita lakukan interogasi terhadap yang membawa uang tersebut. Sampai saat ini belum ada yang bisa membuktikan uang dari mana," jelas Argo.