TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut berkurangnya jatah kursi DPRA (Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) untuk Partai Aceh di Pemilu Legislatif 2019 diakibatkan oleh manuver Partai Gerindra dan PKS.
Hasto mengatakan manuver Gerindra dan PKS di Aceh mengarah ke manuver yang negatif yaitu dengan melakukan politik uang serta menghembuskan fitnah kepada Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, pasangan capres dan cawapres yang didukung Partai Aceh.
“Terlau besarnya fitnah yang ditujukan kepada Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf Amin justru menimbulkan ironi yaitu tergerusnya perolehan kursi partai penguasa sebelumnya yaitu Partai Aceh,” ungkap Hasto ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019).
Hasto juga meyebut adanya politik uang yang masif membuat dukungan kepada partai lokal di Aceh tergerus.
“Kami melihat ada politik uang yang masif yaitu pemberian masing-masing uang Rp 1 juta untuk warga yang ada di perkebunan sawit dan perkebunan karet, itu sangat masif,” imbuhnya.
Hasto sendiri menyatakan keprihatinannya atas berkurangnya dukungan kepada partai lokal di DPRA.
Baca: Adhie Massardi: Jajaran KPU Harus Diganti
Ia mengatakan PDI Perjuangan akan segera menyiapkan langkah konsolidasi dengan Partai Aceh serta partai lokal lainnya.
“Kekurangan kursi yang dialami Partai Aceh karena fitnah kepada Jokowi-Ma’ruf Amin bisa diatasi dengan kerja sama yang baik, karena sejak awal PDI Perjuangan berkomitmen tak menggerus partai lokal,” pungkasnya.
Berdasarkan rekapitulasi suara Pileg Aceh diketahui Gerindra berhasil mendapatkan 1 kursi di DPRA.
Sementara Partai Aceh harus rela kehilangan satu kursi dari Pileg 2014 di mana partai tersebut memperoleh 2 kursi.