Kementerian Pertanian (Kementan) tidak pernah menyerah tingkatkan produksi padi. Meskipun, mencetak lahan sawah baru masih terkendala. Tak habis akal, Kementan pun memanfaat lahan rawa dengan optimasi melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi).
Namun, memanfaatkan lahan rawa tidaklah mudah. Begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy saat melakukan kunjungan kerja di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis (9/5/2019).
"Tidak sedikit tantangannya. Pertama, areal pertanian tergenang pada musim hujan (rendeng). Kedua, infrastruktur irigasi di lahan rawa belum lengkap. Kemudian keterbatasan tenaga kerja pertanian dan jaminan harga dan pemasaran rendah," jelas Sarwo Edhy.
Meski berat, lanjut Sarwo Edhy, potensi lahan rawa yang siap untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian harus dilakukan. Pasalnya, ini diperlukan untuk mewujudkan Indonesia jadi lumbung pangan. Apalagi, terjadi penurunan Data Eksisting Luas Lahan Sawah menjadi sekitar 7,7 juta ha menurut versi validasi BPS.
"Pengamanan ketahanan pangan nasional melalui jumlah hasil produksi juga perlu terus ditingkatkan. Ini juga sebagai upaya peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dan Luas Areal Tanam komoditas pertanian. Lalu sasaran akhir kedaulatan pangan pada tahun 2045," tutur Sarwo Edhy.
Yang menjadi sasaran Kementan untuk kegiatan optimasi lahan rawa ada di tiga Provinsi. Yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Bila diyotal, terdapat persawahan yang dapat dioptimalkan di lahan rawa, dengan alokasinua seluas 500.000 ha.
Adapun prinsip desain tata kelola air di lahan rawa dapat mengatasi sejumlah kendala. Di antaranya dapat mengatasi kekurangan air segar (air baku pertanian) pada saat musim kemarau, mampu membuang kelebihan air pada saat musim hujan, mampu memproteksi lahan dari genangan banjir pada saat musim hujan, dan secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air.
Sementara, yang sudah dilakukan Kementan antara lain Survey Investigasi & Design (SID) Sederhana, rehabilitasi jaringan irigasi, memberikan bantuan Alsintan pra dan pasca Panen. Juga ada bantuan SAPRODI (Benih, Pupuk, Dolomit, Herbisida), integrasi budidaya hortikultura, ternak, ikan, Pengembangan Usaha melalui Kelompok Usaha bersama (KUB), dan melibatkan petani millenial.
"Progress terkini sudah ada penyelesaian SID/Detail Engineering Design (DED) oleh konsultan lokal. Administrasi kegiatan di tingkat Propinsi/Kabupaten juga selesai. Kemudian pemberkasan bantuan Pemerintah untuk kegiatan kontruksi pelaksanaan kontruksi pada lokasi yang sudah selesai SID/DED," tuturnya.
Untuk memperlancar Program Serasi, Kementan juga menggandeng TNI-AD. Peran dan fungsi TNI-AD dalam pelaksanaan kegiatan ini untuk mengkoordinasikan peran serta Babinsa dalam kegiatan yang dilaksanakan petani.
TNI-AD juga membantu pelaksanaan SID dalam hal sosialisasi kegiatan dan mendampingi dalam proses survey lapangan. Mendampingi dalam proses pengerjaan fisik di lapangan.
"Selain itu, juga membantu menyampaikan laporan perkembangan kegiatan kepada koordinator yang ditetapkan oleh Sterad. Juga membantu memastikan semua spesifikasi pekerjaan telah terlaksana sesuai dengan rencana," tambahnya.
Kegiatan Serasi dapat berdampak pada peningkatan Indeks Pertanaman dan/atau produktivitas serta peningkatan pendapatan petani. Optimasi lahan rawa dilaksanakan melalui kegiatan tata kelola irigasi, pemanfaatan Alsintan, serta Penguatan Kelembagaan Petani/P3A.
"Pengawalan dan pendampingan secara intensif dari instansi pusat,propinsi, kabupaten bekerjasama dengan TNI-AD diharapkan berpengaruh nyata terhadap akselerasi dan hasil kegiatan di lapangan.
Koordinasi dan sinergitas dengan instansi terkait perlu dilakukan dalam upaya pencapaian target program dan kegiatan," pungkasnya. (*)