Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam tiga hari terakhir ini nama Hairul Anas Suaidi mencuat ke publik menjadi berita besar.
Hal itu bermula ketika pada tanggal 14 Mei 2019, Hairul, lulusan Elektro ITB mempresentasikan ciptaan robotnya yang, katanya, bisa merekam kesalahan-kesalahan IT Situng KPU.
Materi yang dipresentasikan di Hotel Sahid Jakarta di Simposium BPN Pasangan Capres/Cawapres 02 Prabowo-Sandi itu, mulanya memang mendapat pujian karena oleh orang-orang yang awam di bidang IT dianggap sebagai hasil temuan yang brilian.
Dunia medsos di seantero Indonesia memujinya sebagai ilmuwan pejuang.
Tetapi tak sampai dua hari arus pujian itu berbalik menjadi cercaan dan cemoohan karena oleh para ahli IT sendiri dianggap bukan sebagai temuan melainkan hanya sebagai ilmu dasar yang diajarkan di semester-semester awal prodi Elektro di ITB.
Bahkan kemudian Anas diprotes karena membawa nama besar ITB.
Dosen ITB yang sudah puluhan tahun mengajar bidang itu di ITB, Prof Marsudi Wahyu Kisworo, bahkan menulis bahwa 'Robot Ikhkas' temuan Anas itu sama sekali tak ada istimewanya melainkan biasa saja.
Anas juga menjadi tertawaan netizen karena sebagai orang yang mengaku ahli IT ternyata melapor ke polisi karena akun pribadinya kena hack.
Masa, ahli IT kena hack begitu? Namanya politik, sejak Kamis kemarin serangan kepada Anas kian gencar.
Beberapa media ada yang menyebut bahwa Hairul Anas adalah keponakan kandung mantan Ketua MK, Mahfud MD.
Ketika hal itu dikonfirmasi, Mahfud langsung membenarkan.
"Dia keponakan kandung saya, anak bungsu dari saudara tertua saya," kata Mahfud MD kepada Tribunnews.
Lalu Mahfud kemudian bercerita bahwa Anas mempunyai dua kakak yakni Nurul Fajar dan Yusuf Effendi.