Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyinggung satu kejadian menonjol selama Ramadan 2019, yakni peristiwa bom bunuh diri di Pos Pengaman (Pospam) Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (3/6) lalu.
Tito mengatakan kesimpulan sementara yang diambil oleh kepolisian, aksi yang dilakukan oleh RA itu termasuk dalam aksi lonewolf.
"Nah dalam kasus ini sampai hari ini, kesimpulan kita sementara sudah mendekati 90 persen ya bahwa itu adalah lonewolf," ujar Tito, pasca Salat Id, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2019).
Ia menyebut sejumlah alasan yang membuat kepolisian berkesimpulan seperti itu.
Pertama, yang bersangkutan ketika diperiksa memberikan keterangan bahwa mempelajari terorisme dari internet atau sosial media.
Di kediaman orang tua tempat pelaku tinggal juga ditemukan sejumlah bahan pembuat bom yang dirakitnya dengan belajar melalui internet pula.
Bahan itu pun dibeli sendiri oleh yang bersangkutan.
Alasan ketiga dilihat dari amatirnya RA dan bom yang tidak meledak secara sempurna.
Tito mengatakan bila yang bersangkutan termasuk profesional tentu ledakan bom pasti besar dan tubuhnya akan hancur berkeping-keping.
Mantan Kapolda Metro Jaya itu juga melihat bahwa RA tak memiliki jaringan yang signifikan dalam aksi terorisme.
"Dilihat dari jaringannya, juga tidak ada jaringan yang signifikan. Meskipun dia pernah mengikuti satu pengajian yang dalam kelompok itu memang ada yang pernah terpapar jaringan terorisme, tapi sementara kami menyimpulkan bahwa serangan Ini adalah serangan lonewolf," kata dia.
"Serangan yang dilakukan sendiri, teradikalisasi sendiri, membuat bom sendiri, mengambil inisiatif sendiri, mensurvei sendiri. Itu pun kita lihat juga dari operasi yang relatif gagal karena yang kena dia sendiri," tukas Tito.