TRIBUNNEWS.COM, BALI - Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menghadiri acara coffee morning II dengan 34 Athan Residen dan Nonresiden beserta 20 Spouse Pertahanan negara sahabat, di Hotel Anvaya, Kuta, Bali, Selasa (25/6/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Menhan mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan RI berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan industri strategis nasional menuju kemandirian industri pertahanan, sehingga kedepan Indonesia mampu untuk memenuhi kebutuhan Alutsistanya sendiri, bahkan memiliki kemampuan untuk menjual alutsista kepada negara-negara sahabat.
Di sisi lain, Menhan juga menyampaikan berbagai fenomena yang terjadi di dunia internasional yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan suatu negara. Begitupun dengan Indonesia.
Dinamika perkembangan situasi luar negeri yang mempengaruhi kebijakan pertahanan Indonesia, antara lain: Pengembangan Senjata Strategis, Isu Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme, Perubahan Iklim, Isu Migran, Penyebaran dan Penyalahgunaan Narkoba serta Ketahanan Pangan, Air dan Energi.
“Selain itu, isu terorisme juga masih menjadi perhatian utama bagi negara-negara Asia Tenggara khususnya pasca kekalahan Daesh atau ISIL di Irak dan Suriah karena kembalinya ribuan militan asing / Foreign Terrorist Fighter (FTF) ke negara asalnya termasuk di Asia Tenggara,” ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di acara coffee morning II.
Baca: Menhan Setuju Pembentukan TGPF Kerusuhan 22 Mei
Menurutnya, kembalinya para militan asing tersebut menjadi ancaman utama di berbagai kawasan. Peristiwa Marawi pada tahun 2017, menjadi tonggak awal bagi pembentukan kerja sama yang lebih erat dalam menghadapi ancaman terorisme di Asia Tenggara.
Sementara itu, terkait perkembangan situasi dalam negeri saat ini di bidang politik Indonesia telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan Pemilu 2019 dengan aman dan lancar. Hasil akhir pemilu presiden dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin untuk periode 2019-2024.
“Namun, proses Pemilu 2019 belum sepenuhnya selesai dengan adanya proses hukum di Mahkamah Konstitusi mengenai sengketa hasil Pemilu 2019,” ujarnya.
Dalam bidang Sosial Budaya yang cukup menonjol antara lain maraknya kasus ujaran kebencian, intoleransi, hoax, pelanggaran UU ITE, peredaran narkoba, kerusakan lingkungan hidup, bencana alam, dan penyakit sosial seperti, pornografi dan perkelahian antar warga (tawuran).
“Di bidang Pertahanan dan Keamanan dapat disampaikan bahwa Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata Papua (KKSB) masih menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam membangun wilayah Papua. Gangguan kelompok separatis masih sering terjadi meskipun dengan intensitas rendah dan dilakukan secara sporadis,” bebernya.
Serangkaian penangkapan terhadap terduga terorisme menjelang dan sesudah pelaksanaan Pemilu 2019 telah dilakukan oleh aparat keamanan. Di antaranya penangkapan pelaku teror di Sibolga Sumatera Utara, Ciracas, Bekasi, Bogor, dan beberapa tempat lainnya.
“Jaringan teror tersebut diduga akan menjalankan aksinya pada saat kegiatan Pemilu berlangsung. Namun demikian situasi keamanan Indonesia secara umum masih aman terkendali,” pungkasnya.