TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Malam bergerak larut. Tapi ruang tamu yang lapang kediaman Bokiratu atau lengkapnya Bokiratu Nitabudhi Susanti, masih riuh di kawasan Cinere , Jakarta Selatan, Rabo malam (10/7/2019).
Para pejabat Kasultanan Ternate, meriung mendengar sabda Permaisuri Sultan Ternate, Almarhum Mudaffar Sjah.
Terlihat, ada Ilyas Bayau yang merupakan Tulilamo atau Sekretaris Kesultanan Ternate. Ada pula, Syarif Tabaika yang dikenal sebagai Kapita Soa Talangam atau kapita perang di wilayah Talangam. Juga sejumlah masyarakat adat Ternate.
Mereka datang ke Jakarta, karena mengetahui Bokiratu, menggelar hajatan menikahkan putrinya, Nesya Fitri Hanindhiya yang disunting M Faisal Suhaeli Kalla, salah seorang keponakan Wakil Presiden Jusuf Kall.
Demi mengikuti upacara pernikahan yang digelar pada 7 Juli lalu, masyarakat adat ternate berduyun-duyun ke Jakarta. “Kami naik kapal dari Ternate, perjalanan selama lima hari dan sampai di Tanjung Priok tanggal 6 Juli. Kami sengaja datang, karena kecintaan pada permaisuri Sulten Ternate,” kata Ilyas Bayau.
Ilyas yang masuk tokoh adat Ternate tidak sendirian. Ia diiringkan lebih dari 40 orang masyarakat adat yang semua berangkat dengan kemauan sendiri. “Kami berangkat dengan uang sendiri, satu orang 600 ribu harga tiket kapalnya. Ada yang hanya bisa beli tiket tanpa tempat duduk, jadi kalau malam ya tidurnya di mana saja,” tambahnya.
Penghormatan Ilyas Bayau dan masyarakat adat Ternate, kepada Bokiratu, sepertinya memang tidak dibuat-buat. Tadi malam, semua terlihat nyata, bagaimana Bokiratu begitu dihormati, bahkan dengan cara yang sangat khusuk.
Di tengah reriungan, Ilyas Bayau yang memang sedang kurang sehat, batuk-batuk. Tidak lama, ia mengambil segelas air, lalu dimintakan doa kepada ratu yang segera menerima cangkir lalu, meniup beberapa kali sambil membacakan doa-doa. “Ya saya percaya, air yang sudah dibacakan doa oleh Boki, akan menjadi cara untuk sembuh,” kata Ilyas.
Mendengar pengakuan itu, Bokiratu hanya tersenyum tipis. Ia menyimak saja setiap cerita yang disampaikan masyarakat adat Ternate. Wanita cantik kelahiran 7 Juli 1968 memang lebih banyak diam.
“Ya banyak cerita seperti itu saya alami. Pernah dulu, saya naik gunung pulang-pergi. Lalu, setelah sampai di bawah, kedua kaki saya tidak bisa digerakkan. Saya berusaha meminta air doa dari Bokiratu, alhamdulillah, menjadi lebih enteng,” kenang Ilyas Bayau.