TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, sejumlah putra-putri Pesiden terlibat dalam politik praktis.
Lalu bagaimana dengan putra-putri Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi)?
Saat wawancara eksklusif dengan Tim Tribun Network, Presiden Jokowi membeberkan sikap keluarganya terkait terjun ke dunia politik praktis.
Tidak ada rencana atau pemikiran membawa anggota keluarga masuk ke dunia politik?
Sampai detik ini, saya melihat anak-anak saya tidak tertarik ke dunia politik.
Gibran (Gibran Rakabuming, anak sulung Jokowi), Kaesang (Kaesang Pengarep, anak bungsu), maupun yang lain senangnya di dunia usaha.
Baca: Golkar Serahkan Lima Nama Calon Menteri kepada Jokowi, Siapa Saja Mereka?
Tapi, ya nggak tahu lagi, kalau tahu-tahu besok pagi bilang, "Pak saya kepingin jadi wali kota." Siapa tahu.
Minggu depan bilang, "Pak saya siap jadi wali kota."
Kalau ditanya itu, saya akan bilang, ya jadi saja.
Saya tidak pernah memaksa anak saya masuk ke dunia politik.
Baca: AHY Sarankan Jokowi dan SBY Juga Bertemu
Saya serahkan sepenuhnya kepada mereka untuk menentukan pekerjaan dan karier masing-masing.
Kalau tahu-tahu mereka ada yang bilang, "Pak saya siap untuk ikut pilkada," saya bilang maju saja. Itu jawaban saya
Perjalanan bisnis Gibran Rakabuming Raka
Baca: Demi Kaesang Pangarep, Gibran Rakabuming Lagi-lagi Meminta Maaf Gara-gara Sang Adik Dikritik
Melansir dari Kompas.com, Gibran Rakabuming Raka membeberkan rintisan bisnisnya.
Menjadi pengusaha katering dan membuka usaha martabak, merupakan pilihan hidup Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo.
Mandiri, Itu alasan Gibran memilih menjadi pebisnis.
"Karena saya ingin mandiri," ujar Gibran saat wawancara eksklusif dengan Kompas.com, di Solo, Jawa Tengah, Minggu (27/8/2017).
Ia tak ambil pusing jika pilihannya berbisnis dianggap berbeda dengan anak pejabat kebanyakan di Indonesia.
Gibran mengaku nyaman menjalaninya.
Meskipun, kata Gibran, pilihan hidupnya bertolak belakang dengan keinginan sang ayah.
Menurut dia, Jokowi ingin Gibran meneruskan usaha mebel yang sudah cukup besar. Namun, ia menolaknya.
"Tapi ya itu tadi, saya pingin mandiri saja," lanjut dia.
Tahun 2010, Gibran mulai merintis perusahaan katering bernama Chili Pari dengan modal yang didapatkannya dari pinjaman bank, bukan dari ayahnya yang kala itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Mengapa memilih usaha katering?
Pria kelahiran tahun 1987 tersebut menilai, ada peluang meraup untung pada bidang usaha itu.
"Saya melihat kesempatan pasarnya ada. Pernikahan orang kan pasti, event pernikahan ada terus. Apalagi saya punya gedung pernikahan sendiri. Jadi satu paket. Pasarnya jelas, pembelinya jelas ada," papar Gibran.
Seiring waktu berjalan, insting usahanya ternyata tepat.
Bisnis katering yang dirintis Gibran terus berkembang hingga saat ini.
Bahkan, Chili Pari kini tidak terbatas pada katering saja, tetapi juga wedding organizer hingga pengadaan suvenir, undangan, dan foto pre-wedding.
Markobar Tidak puas "bermain" di usaha katering, Gibran dan beberapa rekannya mengembangkan bisnis kuliner lain, sekitar tahun 2015.
Martabak Kota Baru atau yang dikenal dengan 'Markobar'. Martabak delapan rasa menjadi andalan Markobar, dan kini sukses "digandrungi" masyarakat.
Kini, Markobar telah memiliki 29 cabang yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia.
"(Keuntungannya) lumayanlah dikit-dikit. Meski dibandingkan Chili Pari, masih (lebih) tinggi Chili Pari. Tapi prospeknya luar biasa sih, kita bisa menyesuaikan dana untuk buka cabang," ujar Gibran.
"Dari awal kan sudah enggak ada suntikan dana. Jadi ya kalau mau buka (cabang di kota lain), ya buka saja. Dananya itu kita puter terus," lanjut dia.
Baru-baru ini, Markobar meluncurkan menu baru bernama Tipis Kering. Martabak tipis manis, yang garing jika digigit itu sebenarnya menu lama di dunia martabak.
Bedanya, menu Tipis Kering ala Markobar diklaim lebih tahan lama dibandingkan menu sejenis di tempat lain.
"Kalau di tukang martabak biasa kan beli, dibawa pulang, menjadi lembek. Nah kalau ini enggak. Tinggal dimasukin toples saja aman, tetap garing," ujar dia.
Tidak hanya Chili Pari dan Markobar, Gibran juga menjajal bisnis kedai kopi dan olahan ceker ayam.
Ketika ditanya apa bayangan tentang usahanya 10 hingga 20 tahun ke depan, Gibran cukup visioner.
Ia menargetkan Chili Pari eksis dan bisa merambah kota-kota lain selain Solo.
Sementara Markobar, Gibran menargetkan memiliki cabang di seluruh kota besar di Indonesia, bahkan Papua.
Ke depan, Gibran berencana melebarkan sayap usahanya ke sektor lain.
Baca: Respon Gibran Rakabuming Lihat Relawan Bakar Bendera Prabowo-Sandi Sebagai Ungkapan Kekecewaan
Kali ini, ia akan berkolaborasi dengan adik bungsunya Kaesang Pangarep.
Namun, ia masih merahasiakannya. Petunjuk yang dia berikan kepada Kompas.com, usahanya tersebut akan memberikan edukasi bagi masyarakat.
"Ditunggu saja nanti," ujar dia.
Kaesang, Sang Pisang dan kopi
Baca: Tawari Sang Pisang ke Akun Penghina Jokowi, Kaesang : Berdagang adalah Jalan Ninja Saya
Sang Pisang lekat dengan nama Kaesang Pangareb, putra ketiga Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ya, Sang Pisang adalah bisnis yang dirintis oleh Kaesang Pangareb sejak November 2017.
Sejauh ini, bisnis kuliner Kaesang Pangareb ini telah buka di sekira 24 kota di Indonesia dengan total puluhan gerai.
Belum lama ini , Kaesang Pangareb meluncurkan bisnis barunya.
Kali ini, Kaesang mencoba peruntungannya dengan membuka gerai kedai kopi yang dinamakan Ternakopi.
"Saya punya cita-cita. Latihan jadi barista di salah satu sekolah di Jakarta. Setelah itu saya punya mimpi buka toko kopi sendiri. Itu sekitar setengah tahun yang lalu, ujar Kaesang Pangarep ketika meresmikan Ternakopi di kawasn Cipayung. (feb/amb/yls/wil/deo/coz)