News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rencanakan Hujan Buatan di Jakarta dan Kupang, BPPT Lihat Potensi Awan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Tim Satgas penanganan kebakaran hutan dan lahan mempersiapkan garam untuk disemai di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat (3/7/2015). Sebanyak 2,4 ton garam setiap harinya di semai di beberapa titik di langit Provinsi Riau untuk membuat hujan buatan bila cuaca mendukung. Hal ini dilakukan hingga bulan Oktober mendatang untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau. TRIBUN PEKANBARU THEO RIZKY

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) terkait antisipasi bencana kekeringan, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyebut pentingnya prediksi iklim dan cuaca yang akurat.

Ia mengatakan bahwa penerapan opsi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menciptakan hujan buatan, membutuhkan hal tersebut.

Dalam hal ini, penjelasan mengenai iklim dan cuaca bisa diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Hammam kemudian menjelaskan, jika kondisi atmosfer ideal atau dengan kata lain memiliki 'awan potensial', maka upaya untuk menurunkan hujan buatan akan lebih efektif.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat ditemui usai meresmikan Pojok Inovasi Cassava Castle di Bandar Lampung, Lampung, Jumat (19/7/2019). Tribunnews.com/Fitri Wulandari (Tribunnews.com/Fitri Wulandari)

Namun karena saat ini telah memasuki masa puncak musim kemarau, maka potensi keberadaan awan-awan itu minim.

Terutama untuk wilayah Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, jika itu dilihat secara menyeluruh.

Pernyataan tersebut ia sampaikan usai rakor yang digelar di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (22/7/2019).

"Pada Rakor (di BNPB), menurut data BMKG, kondisi cuaca saat ini tidak memungkinkan adanya potensi awan untuk membuat menjadi hujan di wilayah Jawa, Bali hingga NTT secara keseluruhan," ujar Hammam.

Baca: Hari Ini Eks Plt Ketum PSSI Joko Driyono Akan Divonis Hakim, Ini Pernyataan Pengacara dan Jaksanya

Baca: Pengakuan Brigpol IP Hingga Menembak Mati Ridwan yang Coba Memalaknya

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini, Selasa 23 Juli 2019: Aries Hati-hati, Cancer akan Hadapi Situasi Sulit

Baca: Bidikan Kamera Aisyahrani Ini yang Memicu Dugaan Hamil Syahrini Istri Reino Barack Makin Kuat

Sedangkan untuk mengadakan hujan buatan secara lokal, masih berpotensi karena adanya potensi awan yang disebut 'intraseasonal monsoon'.

"Namun secara lokal, ada kemungkinan potensi awan yang disebut intraseasonal monsoon, yang berpotensi menjadi hujan," kata Hammam.

Dalam rakor bersama BNPB dan BMKG itu, telah diputuskan bahwa Posko Utama terkait pelaksanaan Operasi TMC akan didirikan di dua titik, yakni Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dan posko di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pendirian posko pada dua lokasi itu bertujuan untuk mengantisipasi adanya potensi awan lokal.

Jika potensi awan itu muncul, maka operasi TMC akan langsung dilakukan untuk menciptakan hujan buatan.

"Hal ini untuk mengantisipasi adanya potensi awan lokal tersebut, yang akan langsung disemai dengan operasi hujan buatan," tegas Hammam.

Mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu kemudian menyebut dua jenis pesawat yang akan disiagakan di posko Halim dan Kupang.

Untuk pesawat yang disiagakan dalam operasi TMC di posko Lanud Halim Perdanakusuma itu yakni CN295, sedangkan casa212-200 akan disiagakan di posko Kupang.

"Posko di Halim akan siaga pesawat CN295 dan posko di Kupang NTT dengan pesawat casa212-200," papar Hammam.

Lebih lanjut Hammam memprediksi, upaya tersebut akan dilakukan hingga Oktober mendatang.

"Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Oktober," pungkas Hammam.

Perlu diketahui, TMC dapat dilakukan jika masih adanya awan, awan tersebut merupakan objek untuk penyemaian garam demi memunculkan hujan buatan.

Teknologi Modifikasi Cuaca ini dianggap mampu menjadi solusi dalam mengatasi kekeringan yang sudah mulai melanda sejumlah wilayah di Indonesia.

Banyak event akbar tanah air yang turut menggunakan operasi TMC dalam memperlancar keberlangsungan acara.

Event tersebut meliputi pengamanan mengurangi curah hujan dalam Sea Games yang dihelat pada 2011 lalu, mengatasi gangguan kabut asap maupun curah hujan di area lapangan olah raga pada Pekan Olah Raga Nasional (PON) Riau tahun 2013.

Kemudian Islamic Solidarity Games yang dihelat di Sumatra Selatan tahun 2013, redistribusi curah hujan di wilayah DKI pada 2013 dan 2014, pengurangan curah hujan di area proyek Pembangunan Jalan Tol Samarinda-Balikpapan tahun 2018.

Hingga kegiatan Asian Games yang digelar di Jakarta dan Palembang pada 2018, serta acara Annual Meeting IMF-World Bank di Bali pada 2018, juga kegiatan kenegaraan lainnya seperti peringatan HUT RI di Istana Negara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini