Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan novel terbaru karya Ahmad Fuadi, berjudul 'Merdeka Sejak Hati' di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (28/7/2019).
Novel setebal 380 halaman tersebut berisikan cerita kehidupan seorang pejuang kemerdekaan, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang menjadi pahlawan Nasional, Lafran Pane.
"Novel ini tidak sekedar hikayat seorang karakter dari masa lalu, tapi cerita ini diinspirasi kehidupan seorang pahlawan nasional yang mungkin kurang dikenal," ujar Fuadi.
Kehidupan Lafran Pane menurutnya layak diceritakan karena perjuangan dan pesan-pesannya masih sangat relevan dengan situasi yang ada sekarang ini.
Baca: Basaria Panjaitan Optimis Lolos Psikotes Calon Pimpinan KPK: Ini Bukan yang Pertama Buat Kita
Baca: Total 3.500 Personel Keamanan Dikerahkan, Leg Dua Final Piala Indonesia 2018 Ditunda!
Baca: Final Piala Indonesia PSM Makassar vs Persija Jakarta Resmi Ditunda
Baca: Kritik Donald Trump kepada anggota kongres Demokrat dituduh rasis
"Dia adalah pribadi yang sederhana, tulus, ikhlas, menampik jabatan dan selalu berusaha merdeka dari ikatan hutang jasa dan harta. Sejak belia dia sudah menunjukkan kematangan hati dalam memegang prinsip kemerdekaan, nasionalisme, dan juga islam," katanya.
Sejak kecil menurut Fuadi, Lafran hanya ingin menemukan kemerdekaan dan cinta yang hilang.
Demi kebebasan, anak piatu yang lahir dari kaki Gunung Sibualbiali ini melabrak semua aturan.
Kenakalan membuat Lafran dikeluarkan dari sekolah, minggat dari rumah, menjadi petinju dan anak jalan, bahkan nyaris kena hukuman mati.
Perantauannya dari Sumatera ke Jawa penuh dengan tikungan tajam.
Hidup di bawah penjajahan Belanda dan Jepang-lah yang kemudian menyadarkan adik sastrawan Sanusi Pane dan Armijn Pane ini bahwa ada hak yang jauh lebih mulia dari kebebasan pribadinya.
Sehingga kemudian dari tukang protes guru menjadi guru besar.
Dari penjual es lilin dan jagoan geng motor menjadi pahlawan nasional.
Ia mengatakan bagi Lafran merdeka itu ketika berani jujur dan sederhana di tengah riuh rendah dunia.
Baginya pula merdeka itu sejak hati dan islam itu sejak nurani.
"Kisah dalam buku ini mencoba mengikuti lini masa hidup Lafran Pane yang asli, tapi ada pengembangan kreatif untuk karakter, waktu, tempat, dialog, dan adegan. Novel ini bisa hidup karena sumbangan cerita, ide, catatan, dan kenangan dari banyak orang yang pernah bersentuhan langsung atau tidak dengan almarhum. Saya berterima kasih kepada Semua pihak untuk berbagi cerita mereka tentang sosok Lafran Pane," tambah Fuadi.
Dalam acara peluncuran buku tersebut, secara simbolis Direktur Kelompok Penerbitan Kompas Gramedia Suwandi S Brata menyerahkan buku tersebut kepada Fuadi.
Suwandi S Brata mengatakan tulisan dalam buku 'Merdeka Sejak Hati' sangat inspiratif.
Ia berharap buku tersebut memberikan manfaat.
"Bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi bangsa Indonesia dengan sebaik-baiknya," katanya.
Buku 'Merdeka Sejak Hati' merupakan buku ke 16 yang telah diselsaikan A Fuadi.
Novel pertamanya adalah negeri 5 Menara yang telah diangkat ke layar lebar, kemudian ada Novel 3 Warna.
Sejumlah pengharaggaan diterima Fuadi yakni penulis buku fiksi terfavorit pada 2010 versi anugerah pembaca Indonesia, nominasi Khatulistiwa Award 2010, penulis terbaik IKAPI, dan juara 1 karya fiksi terbaik Perpusnas 2011, dan sejumlah deretan penghargaan lainnya.
Turut hadir sejumlah tokoh dalam peluncuran buku tersebut, salah satunya yakni Akbar Tandjung.