TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inovasi dalam sektor infrastruktur dianggap perlu untuk mengurangi polusi udara di ibukota, pengembangan kendaraan berbasis listrik pun tengah dilirik pemerintah demi mewujudkan harapan tersebut.
Namun di sisi lain, peristiwa padamnya listrik yang terjadi pada Minggu (4/8/2019) lalu, cukup menimbulkan pertanyaan terkait kesiapan bangsa ini dalam mengembangkan inovasi yang berfokus pada penggunaan listrik itu.
Tribunnews pun melakukan wawancara eksklusif dengan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza terkait sejauh mana inovasi ini bisa diterapkan di tanah air, khususnya Jakarta.
Baca: Kemarahan Tentara Saat 1 Foto Terakhir Soekarno Sebelum Wafat Tersebar, 2 Anaknya Sampai Diperiksa
Baca: Ini Tanggal Pernikahan dan Lokasi Pernikahan Roger Danuarta dan Cut Meyriska, Bukan di Jakarta
Baca: Tak Ada Ruang Lakstasi Bagi Ibu yang Menyusui di Tempat Kerja? Menkes: Kita Tutup Nanti
Ia mengatakan bahwa jika berkaca pada peristiwa blackout tersebut dan Jakarta memiliki banyak kendaraan berbasis listrik, tentunya itu akan berdampak cukup massive melebihi apa yang terjadi saat ini.
"Kalau kita bayangkan kejadian (blackout) kemarin dengan kondisi bahwa katakanlah mayoritas kendaraan itu adalah kendaraan listrik, ya pasti lebih besar dampaknya," ujar Hammam, di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (6/8/2019) sore.
Hammam kemudian menyebutkan contoh moda transportasi MRT yang sempat mengalami gangguan dalam pengoperasiannya akibat fenomena blackout.
"Tidak usah jauh-jauh, Mass Rapid Transit aja yang memang sudah ada, yang sudah jelas berbasis listrik, semua gagal beroperasi (saat blackout)," jelas Hammam.
Saat itu, cukup banyak dampak yang ditimbulkan, satu diantaranya dirasakan para penumpang.
"Kita lihat begitu banyak penumpang yang terlantar, serta efek-efek lainnya," ujarnya.
Mengacu pada siap atau tidaknya Indonesia dalam mengembangkan inovasi ini, mantan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu menegaskan bahwa sebenarnya kesiapan harus dimulai terlebih dahulu dari sisi infrastruktur.
Seperti salah satu visi yang tetap digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada masa kepemimpinannya untuk periode kedua, yang kembali berfokus pada infrastruktur.
"Ini tentunya kalau kita mau masuk ke dalam era mobil listrik, kendaraan listrik, ya dari sisi infrastruktur juga harus lebih siap," kata Hammam.
Dalam mengembangkan kendaraan berbasis listrik, BPPT memiliki tugas untuk melakukan kajian pada charging station atau stasiun pengisian daya listrik.
Namun, jika sistem kelistrikan mengalami blackout seperti yang terjadi pada hari Minggu lalu, tentunya akan menjadi masalah besar.
"Jadi semua pertimbangan, stasiun pengisian daya listrik misalnya, charging station itu harus dicatu dari mana? Kalau dalam kondisi blackout, pasti lebih repot kan," papar Hammam.
Ia menilai, saat ini mungkin pengisian bahan bakar untuk kendaraan seperti mobil masih dalam kondisi aman karena menggunakan bahan bakar minyak (BBM), bukan listrik.
Terlebih tiap SPBU biasanya memiliki genset untuk cadangan listrik, dan bisa digunakan dalam kondisi darurat.
"(Memang) sekarang masih bisa karena (masih menggunakan bahan bakar) mungkin ada genset di masing-masing SPBU, sehingga masih bisa tetap mengalirkan BBM ke mobil-mobil kendaraan yang ada," tegas Hammam.
Namun, jika semua kendaraan sudah beralih menjadi 'berbasis listrik', maka blackout akan menjadi mimpi buruk bagi moda transportasi.
Sehingga, ia berharap adanya kesiapan dari sisi infrastruktur sebelum menerapkan inovasi tersebut.
"Tapi kalau nanti listriknya nggak ada, nggak bisa charging station itu berjalan, kecuali pakai renewable, sumber dayanya bukan dari listrik PLN, pakai sumber daya listrik lainnya," pungkas Hammam.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai polusi udara yang terjadi di Jakarta bisa dikurangi melalui inovasi dalam infrastruktur, khususnya melalui pengembangan kendaraan berbasis listrik.
Ia pun berharap agar hal itu bisa terwujud pada lima tahun mendatang.
Sehingga kendaraan berbasis listrik tersebut bisa digunakan sebagai moda transportasi baru 'ramah lingkungan'.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara 'Seminar Geopolitik Transformasi Energi' yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (31/7/2019) lalu.