TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan Rektor Universitas Gadjah Mada Panut Mulyono di kantor Wapres RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019).
Dalam pertemuan tertutup itu, ujar Panut, sempat menyinggung wacana mendatangkan rektor asing ke dalam negeri.
Ia menuturkan, bersepakat dengan Wapres JK menyoal keinginan memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
"Kalau saya sendiri tidak dalam posisi setuju atau tidak setuju, tapi saya sepakat dengan diskusi pak wapres JK tadi. Kita harus berusaha sekuat tenaga memperbaiki semua lini di pendidikan kita," ujar Panut.
Baca: Mengenal Sosok Gus Azmi, Pria yang Disebut Dekat dengan Wirda Mansur, Putri Ustaz Yusuf Mansyur
Namun, lebih jauh terkait rektor asing, menurut Panut pemerintah perlu memikirkan hal itu matang-matang.
Dirinya membeberkan, ada persoalan internal perguruan tinggi yang perlu segera diperbaiki agar dapat meningkatkan standar perguruan tinggi lebih maju, misalnya banyak dosen yang diberikan jabatan di institusi pemerintahan sehingga tidak fokus melaksanakan TriDharma.
"Banyak juga dosen masih dipinjam di institusi pemerintahan. Jadi itu juga mengurangi aktifitas beliau-beliau (para dosen) di bidang Tri Dharma, seperti waktu untuk meneliti itu kurang," jelas dia.
Sehari sebelumnya Selasa (6/8), Wakil Presiden Jusuf Kalla menyarankan agar wacana rektor impor dilakukan secara bertahap.
Baca: Sejumlah Tokoh dan Elite Politik akan Hadiri Kongres V PDIP 2019 di Bali, Siapa Saja?
Ia menuturkan, ada baiknya langkah pertama yang dilakukan adalah mendatangkan dekan, mengingat tugas dekan masih bersifat teknis, sementara tugas rektor langsung mengurusi satu universitas.
"Karena kalau rektor kan urusannya banyak, urusan anggaran, urusan sosial, urusan raker (rapat kerja) sini- sana, sehingga kalau dari asing bisa bingung. Dekan kan sangat teknis, atau malah dibutuhkan dulu, konsultan teknis dulu, konsultan teknik masuk, sudah tahu, dia bisa jadi dekan, dari dekan bisa jadi rektor," ungkapnya.