Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai seringnya Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tampil bersama dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai strategi PDI-P untuk menaikan posisi tawarnya di hadapan Presiden terpilih.
Menurutnya, jika PDI-P berhasil menaikan posisi tawarnya dengan Jokowi dan partai koalisi pendukung lainnya hal itu membuka kemungkinan PDI-P untuk menegosiasikan banyak hal dengan Jokowi dan partai-partai koalisi pendukungnya.
Hal iti disampaikan Arya usai diskusi tentang "Demokrasi dan Penegakan HAM di Masa Depan" di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, pada Jumat (9/8/2019).
"Saya kira PDIP sadar pilihan politiknya tidak sepenuhnya diterima oleh parpol koalisi lain, terutama parpol koalisi 01. Saya kira PDIP perlu membuat strategi baru supaya bisa menaikan posisi tawarnya di hadapan partai-partai koalisi ini dan di hadapan Presiden. Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan adalah mencari kawan baru dan PDI-P sadar bahwa Gerindra sadar punya keinginan untuk bergabung dengan pemerintah," kata Arya.
Baca: 4 Perbedaan Ponsel Black Market dengan yang Resmi, Ponsel Ilegal Siap Diblokir Pemerintah Lewat IMEI
Baca: Bamsoet Anggap Wajar PDIP Minta Jatah Kursi Paling Banyak
Baca: 5 Zodiak yang Paling Memiliki Perilaku Buruk, Mereka Tidak Sadar Jika Sifatnya Menyebalkan
Menurutnya, tantangan ke depan bagi Jokowi sebagai Presiden terpilih harus menjelaskan dan memberi sinyal kepada partai pendukung dan pengusungnya juga ke publik bagaimana dia akan mendesain kabinet.
Tidak hanya itu, menurut Arya, Jokowi juga harus memberi sinyal kepada partai pendukung, pengusung, serta ke masyaralat bahwa pembentukan kabinetnya berada dalam kendalinya secara penuh.
"Presiden harus menjelaskan kepada publik dan partai bahwa dia memegang kendali penuh terhadap kabinet ini. Entah dia akan membentuk kabinet profesional atau kabinet yang memberikan akomodasi kepada banyak partai, tapi intinya menurut saya adalah presiden harus memberikan sinyal bahwa kendali soal pembentukan kabinet dalam ada di tangan Presiden," kata Arya.
Arya berpendapat, jika nantinya Partai Gerindra akan masuk dalam koalisi Jokowi maka hal itu akan memberikan riak dalam koalisi tersebut.
Tidak hanya itu, hal itu akan memberikan sejumlah resiko politik kepada Jokowi.
"Resiko politik yang akan ditanggung jokowi tidak mudah. Presiden akan kerepotan bernegosiasi dengan partai-partai karena ada tambahan partai baru yang masuk. Serta susah juga untuk menyinkronkan pada level platform, kita ingat platform politik dan ekonominya berbeda, soal lapangan kerja, investasi, hutang berbeda. Soal ketenagakerjaan asing pun beda. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana presiden akan kesulitan menyinkronkan perbedaan tersebut," kata Arya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyampaikan ucapkan terima kasih kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang hadir di acara pembukaan kongres V partai itu, di Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8/2019).
Hal itu terjadi di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Prabowo, dan ribuan kader partai maupun tamu yang hadir di acara pembukaan kongres.
Awalnya, Megawati menyapa para petinggi negara yang hadir di acara itu.