TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Ibu Kota baru Indonesia berada di sebagian kabupaten Penajam Utara dan sebagian Kutai Kartanegara, di Kalimantan Timur (Kaltim).
Pengamat politik dari Diksi Indonesia Sebastian Salang menilai keputusan politik yang sangat penting dan sangat berani dari Jokowi.
"Keputusan politik yang sangat penting dan sangat berani. Sebab memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur bukanlah hal mudah," ujar pendiri lembaga Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) ini kepada Tribunnews.com, Selasa (27/8/2019).
Karena resistensi politiknya dia menilai akan sangat tinggi dan anggaran pembangunan serta pemindahan pasti tidak sedikit.
Apalagi dalam situasi keuangan negara yang tidak terlalu baik.
Baca: Pemindahan Ibu Kota Indonesia Ke Kaltim Bisa Bebani Keuangan PNS
Namun dia melihat, Jokowi memilih jalan tidak populer dan siap dihadang dengan keputusan itu.
"Tetapi seorang pemimpin yang visioner tidak akan mundur hanya karena penolakan sejumlah kalangan dengan alasan yang relatif lebih teknis," tegas Sebastian Salang.
"Jika ide ini bisa diwujudkan dan berhasil, Jokowi akan dikenang sebagai pemimpin besar dan fenomenal," jelas Sebastian Salang.
Menurut dia, tidak banyak orang yang memiliki keberanian politik seperti Jokowi.
Karena itulah yang menyebabkan pemindahan ibu kota hanya sebatas wacana selama ini.
Namun dia melihat, Jokowi bisa saja memilih jalan tenang setelah menang periode kedua.
Baca: China Tuduh Warga Australia Dr Yang Hengjun Lakukan Tindak Mata-Mata
Dia pun menyarankan, agar pemerintahan ini perlu pertimbangan matang dan menadasar soal lokasi, anggaran dan efek politik serta konflik yang mungkin terjadi.
Total Rencana Pendanaan Ibu Kota Baru Indonesia sebesar Rp 466 Triliun
Jokowi menyebut, total rencana pendanaan untuk Ibu Kota baru Indonesia sebesar Rp 466 triliun.