TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menutup Symposium on Critical Information Infrastructure Protection (CIIP-ID) Summit 2019 di Kuta, Bali (28-29 Agustus 2019) dengan kesimpulan kesadaran keamanan siber (security awareness) yang tinggi di kalangan peserta.
Plt Deputi Bidang Proteksi BSSN, Agung Nugraha, sekaligus Ketua Panitia CIIP-ID Summit 2019 mengatakan secara keseluruhan penyelenggaraan agenda rutin tersebut memenuhi target dan di luar ekspektasi.
Hampir 400 peserta hadir terdiri dari berbagai institusi dan lembaga mulai dari Pemerintah sebagai regulator, dalam hal ini, instansi pengawas dan pengatur sektor seperti sektor Keuangan ada BI, OJK, sektor Perhubungan, sektor Telekomunikasi dan sebagainya.
Baca: Lindungi Infrastruktur Kritis, BSSN Dorong RUU KKS Segera Disahkan
Kemudian pelaku industri dan pelaku bisnis yang menjalankan infrastruktur kritikal nasional, akademisi, lembaga riset dan pengembangan, negara sahabat Rusia, AS, China, Uganda, Rumania, Jepang dan Australia.
Dari serangkaian kegiatan seperti Diskusi Panel, Technology Showcase, CISO Briefing dan Cyberwar Game.
"Itu semua full house dari awal sampai akhir," kata Agung Nugraha usai acara penutupan di Bali, Kamis (29/8/2019).
"Ini artinya apa? Artinya seluruh stakeholder sudah merasakan adanya suatu kebutuhan bagi mereka akan keamanan siber. Semua sudah paham bahwa sekarang dunia semakin terkoneksi, maka yang perlu dilakukan BSSN adalah membuat regulasi. Regulasi tertinggi tentu saja RUU Keamanan dan Ketahanan Siber," ujarnya.
Kolaborasi
Agung menekankan salah satu aspek terpenting CIIP-ID Summit 2019 adalah kolaborasi. Seperti diketahui keamanan dan ketahanan siber tidak akan terwujud dengan kolaborasi bersama multi stakeholder termasuk negara sahabat.
Peserta dari luar negeri, kata dia, adalah bentuk kolaborasi internasional terutama untuk sektor kritis sehingga perlu berbagi dan bekerja sama soal informasi dengan dunia internasional mengenai tren ancaman siber, latihan menghadapi insiden siber.
"Yang penting sebetulnya pada top level management karena bagaimana pun juga keamanan siber diwujudkan dari Policy yang dibuat para pengambil kebijakan dan mereka harus dipahami betapa butuhnya keamanan siber untuk keberlangsungan bisnis mereka, keberlangsungan layanan vital untuk masyarakat dan lainnya," ujarnya.
Keamanan siber, kata Agung, kalau disadari secara penuh tidak akan mengganggu atau menghambat inovasi pertumbuhan bisnis.
"Dan memang investasi mahal di awal seperti investasi teknologi, investasi SDM, tapi itu akan dinikmati ketika sudah menjalankan kebijakan regulasi. Ini yang kami coba ingatkan," tegasnya.
Agung mengatakan CIIP-ID Summit 2019 akan menjadi evaluasi dan masukan berharga bagi pelaksanaan CIIP-ID Summit tahun depan.
Dalam waktu dekat BSSN akan menindaklanjuti dengan table top exercise yang merupakan semacam cyber exercise untuk top level management sehingga bisa mengambil keputusan cybersecurity di jajaran top level management.
"Masukan, ide, gagasan dari CIIP-ID Summit 2019 akan kami bawa ke sana (table top exercise)," ujar Agung.