TRIBUNNEWS.COM - Polisi telah menetapkan dua orang sebagai tersangka dari insiden kecelakaan maut di Tol Cipularang yang menewaskan delapan orang meninggal dunia, pada Senin (2/9/2019).
Keduanya adalah sopir dump truck yang diduga sebagai penyebab dari terjadinya kecelakaan tersebut.
Polisi kemudian memaparkan, SB dan DH mengemudikan dump truck yang diduga kelebihan muatan.
Diketahui saat itu SB dan DH membawa 37 ton tanah.
Baca: Nyatakan Perang ke Menteri Susi, Murad Ismail ternyata Bukan Orang Sembarangan, Ini Sosoknya
Sedangkan kapasitas satu dump truck hanya bisa mengangkut 12 ton tanah.
"Berdasarkan pengakuan tersangka sendiri, ia membawa muatan 37 ton dari seharusnya 12 ton. Ada kelebihan muatan 25 ton," kata Kapolres Purwakarta AKBP Matrius dalam keterangan pers di Mapolres Purwakarta, Rabu (4/9/2019).
Matrius mengatakan, kelebihan muatan membuat fungsi rem kedua dump truck terganggu.
Dump truck yang dikemudikan DH meluncur dan terguling.
Diketahui jalan di tol tersebut berkontur menurun sejauh 7 km.
Hal serupa terjadi dengan dump truck yang dikemudikan SB. Truck SB meluncur dan menabrak belasan kendaraan yang ada di depannya.
Salah satu tersangka, DH meninggal.
Sedangkan untuk tersangka SB dijerat dengan Pasal 310 ayat 1-4 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juncto Pasal 359 dan 360 KUHP.
"Ancaman tertinggi dari pasal tersebut enam tahun penjara," kata Matrius. Sebelumnya diberitakan, kecelakaan beruntun terjadi di kilometer 91+200 Tol Purbaleunyi segmen Cipularang, Senin (2/9/2019).
Kecelakaan melibatkan 21 kendaraan dan delapan orang meninggal dunia.
Puluhan pengendara lainnya mengalami luka-luka.
Baca: Orang Tua Khansa, Mahasiswi S2 ITB yang Diduga Jadi Korban Kecelakaan Tol Cipularang Menangis
Sebelum meninggal, DH sempat memberikan keterangan kepada polisi.
DH saat itu mengendarai dump truck bermuatan tanah sempat memberitahu rekannya yang juga tersangka SB, bahwa rem yang dikendarainya tidak berfungsi. (Kontributor Karawang, Farida Farhan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Ini Penyebab Awal Kecelakaan Tol Purbaleunyi yang Tewaskan 8 Orang
Dua Sopir Truk Sempat Teleponan
"Rem saya blong, gimana ini? Saya kocok-kocok anginnya enggak ada. Nah ini ada lagi," kata Dedi di ujung telepon.
Truk yang Dedi kemudikan nomor polisi B 9763 UIT menyalip truk Suban nomor polisi B 9410 UIU yang masih anteng di jalur lambat Tol Cipularang arah Jakarta.
Keduanya sama-sama membawa truk bermuatan pasir dari Gunung Pengantin, Cianjur, tujuan Karawang Timur, Senin (2/9/2019).
Suban disaksikan Mani (39), istrinya, memperingatkan Dedi untuk menepi.
Tak sampai 5 menit truk Dedi terguling menghalangi ruas jalan Km 31, pasir muatannya ambyar beberapa meter ke belakang, sampai tumpah ke ruas jalan arah Bandung.
Beberapa meter setelah truk terguling karena kecelakaan tunggal, sejumlah kendaraan berhenti termasuk bus Budiman tepat di sisi pembatas.
Di belakang dan kiri bus Budiman ada kendaraan pribadi, truk ekor panjang, dan truk boks kuning dan di depannya truk boks putih.
Tiba-tiba dari arah belakang melaju truk pasir yang dikemudikan Suban tak terkendali karena remnya blong, lalu menghantam mobil di depannya.
"Akhirnya saya menabrak mobil kecil di depan saya. Karena saya takut makin parah, saya banting truk saya ke kiri dan akhirnya nyangkut di jurang," ujar Suban.
Serudukan truk pasir menimbulkan efek domino. Mobil-mobil di depannya seperti biji karambol, memantul. Total 21 mobil terlibat tabrakan beruntun.
Ada empat mobil terbakar saat itu, tiga mobil pribadi dan satu truk cabai. Sejumlah mobil lainnya menumpuk, ringsek.
Berjuang Keluar Dari Truk di Bibir Jurang
Dump truck yang Suban kemudikan berhenti di pinggir jurang, tertahan besi pembatas.
Suban dan Mani harus berjuang keluar dari kabin truk yang berada di tubir jurang sedalam 20 meter.
"Kaca pecah, saya lihat jurang. Sedikit lagi saja, truk saya terjun ke jurang," ujar Suban di ranjang UGD Rumah Sakit MH Thamrin sambil ditemani istrinya, Mani.
Luka di dahi, pelipis, leher dan tangan Suban sudah tertutup perban. Tapi tidak dengan Mani yang hanya lecet.
Setelah tabrakan, Mani keluar lebih dulu lewat pintu kiri meski di bawah moncong truk jurang.
"Saya paksain ke luar. Saya manjat ke atap mobil, menggelantung. Lalu saya ajak suami saya dan akhirnya bisa nyampai ke atap mobil," kata Mani.
Dari atap mobil, ia baru sadar posisi truk nyaris terjun ke jurang. Ia mengedarkan pandang, empat mobil terbakar.
Mani bingun bagaimana turun dari atap truk. Tak ada orang yang mendengar teriakannya.
"Loncat bakal sulit. Akhirnya saya turun perlahan menuruni atas kepala mobil. Suami saya yang berdarah saya tuntun, saya gendong," ujar Mani.
Keduanya selamat. Ia dibantu sejumlah pekerja proyek PT Jasa Marga dan segera dievakuasi ke RS MH Thamrin.
Dirgakkum Korlantas Mabes Polri Brigjen Pujiyono Dulrachman menjelaskan, kecelakaan beruntun bermula dari kecelakaan tunggal dump truck yang terbalik di kilometer 92.
Saat ada 4 kendaraan mengantre menunggu evakuasi dump truck terbalik, ada dump truck lain bermuatan pasir yang hilang kendali karena rem blong.
"Dump truck bermuatan tanah itu menabrak empat kendaraan yang tengah mengantre," kata Pujiyono.
Di belakang dump truck bermuatan tanah ada 15 kendaraan yang mengalami kecelakaan beruntun.
Akibat kecelakaan ini 8 orang meninggal, 3 luka berat, dan 25 luka ringan.
"Pasien luka berat tengah diobservasi. Jika pihak rumah sakit mampu menanangi dan alat memadai, akan dirawat di sini. Jika tidak, dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar," katanya.
Pujiono menyampaikan duka, terutama kepada keluarga korban meninggal.
"Kepada keluarga korban meninggal kami mengucapkan duka cita. Ini musibah yang tidak bisa dihindari," ungkap Pujiyono