Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mayjend TNI (Purn) Tubagus Hasanuddin mengenang nasihat almarhum Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie.
Pria yang akrab disapa Kang Hasan ini pernah menjadi ajudan kala BJ Habibie menjabat sebagai wakil presiden hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.
Setelah mundur dari TNI dan memutuskan terjun ke dunia politik, Tb Hasanuddin teringat pesan dari BJ Habibie.
"Ketika saya mengundurkan diri dari militer dan masuk politik, tapi pada prinsipnya, bukan hanya sekadar jadi politikus, kamu harus jadi negarawan sejati, beliau bilang begitu intinya," kata Tb Hasanuddin saat menyambangi Redaksi Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
Baca: Polri Pastikan Kabut Asap di Malaysia dan Singapura Bukan Berasal dari Indonesia
Baca: Heboh Foto Wanita Tanpa Busana di Ngawi, Tergiur Iming-iming Janji Pekerjaan dengan Gaji Rp 4 Juta
Politikus PDI Perjuangan tersebut mengungkap, terakhir kali dirinya berkomunikasi langsung dengan BJ Habibie saat Hari Raya Idul Fitri 2019.
Saat itu, ia berbincang dengan BJ Habibie.
"Saya bisa komunikasi dan ngobrol itu pada Hari Raya Tahun 2019, Juni di Patra Kuningan (kediaman Habibie)," jelasnya.
Harus 18 derajat celsius
Pada 20 Oktober tahun 1999, MPR menggelar sidang istimewa pertanggungjawaban BJ Habibie selaku Presiden RI kala itu.
Hasilnya, MPR menolak pertanggungjawaban BJ Habibie.
Usai sidang istimewa tersebut, BJ Habibie memutuskan tidak akan lagi mencalonkan diri sebagai presiden RI.
Setelah lengser dari kursi Presiden, BJ Habibie memilih pergi ke Jerman.
Baca: Takut Dipelet, Sarita Abdul Mukti Ogah Salaman dengan Vicky Prasetyo
Banyak spekulasi berkembang soal alasan BJ Habibie menetap di Jerman.
Mantan ajudan sewaktu BJ Habibie menjabat Presiden ke-3 RI, Tb Hasanudin, punya cerita di balik kepergian Bj Habibie ke Jerman.
Kata pria yang akrab disapa Kang Hasan ini, kepergian BJ Habibie bukan karena kecewa atas hasil sidang istimewa MPR.
Baca: Alexander von Humboldt, Ilmuwan Pertama Yang Menjelaskan Perubahan Iklim
BJ Habibie memilih tinggal di Jerman karena ingin beristirahat dan tidak mau merecoki pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Jadi setelah itu, pak Habibie istirahat di Jerman. Karena beliau bilang, 'biarlah saya tidak mau ngerecokin'. Siapapun presidennya beliau selalu dukung," kata Kang Hasan saat menyambangi Kantor Redaksi Tribunnews.com, Palmerah, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
"Kalau secara khusus menyampaikan alasannya ke Jerman, tidak," tambah dia.
Baca: 4 Fakta Kereta Api Tabrak Mobil Datsun di Jombang: Mobil Terpental hingga Perlintasan KA Tak Dijaga
Meski begitu, BJ Habibie menyampaikan kepada Tb Hasanuddin, bila alasannya pergi ke Jerman lantaran faktor kedekatan jarak jika sewaktu-waktu dirinya ingin memeriksakan kesehatan.
Ditambah faktor suhu udara di sana.
Sebab, saat menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden, BJ Habibie sering memerintah Tb Hasanuddin untuk cermat menjaga suhu ruang kerjanya pada angka 18 derajat celsius.
"Hanya alasan lebih dekat untuk check up dan butuh tempat dingin. Karena sewaktu jadi Presiden dan Wakil Presiden, itu suhu ruangan kerja harus 18 derajat," ujar dia.
"Pak Hasanuddin, pokoknya cek 18 derajat'," ucap Tb Hasanuddin menirukan kata-kata BJ Habibie saat itu.
Selama menetap di Jerman, Tb Hasanuddin yang tinggal di Indonesia, tidak pernah menyinggung soal urusan politik.
Jika menyapa lewat pesan singkat, BJ Habibie lebih banyak bercerita soal bagaimana lingkungan tempat tinggalnya.
"Ceritain salju yang sudah setebal 20 cm. Itu saja, tidak berbicara politik," kata dia.
Salat di istiqlal
Mayjen TNI (Purn) Tubagus Hasanuddin menceritakan kisahnya ketika dirinya bertugas menjadi ajudan Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie.
Pria yang akrab disapa Kang Hasan tersebut menjadi ajudan BJ Habibie saat Presiden Ketiga RI tersebut masih menjabat sebagai Wakil Presiden.
Kang Hasan menceritakan bagaimana reaksi BJ Habibie ketika pertanggungajawabannya sebagai presiden ditolak MPR.
Baca: Meski Sempat Tak Muat Masuk ke Mobil Tahanan, BB Nunung Turun 3 Kg, Rehabilitasi Sambil Berolahraga
Menurut Kang Hasan, tidak terlihat kesedihan atau kekecewaan dari BJ Habibie saat itu.
Menurut pengakuan Kang Hasan, BJ Habibie bersikap seperti biasa saja, meskipun dianggap telah gagal memimpin Indonesia kala itu.
"Enggak kok, baik-baik saja, biasa saja. Melambaikan tangan, ya biasa khasnya Pak Habibie," ungkap Kang Hasan saat berkunjung ke Redaksi Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Jumat (13/9/2019).
Baca: Redam Aksi Massa, Polisi Minta Pegawai KPK Copot Kain Hitam yang Menutupi Logo KPK
Kang Hasan melanjutkan, BJ Habibie sempat mengajak keluarga, ajudan serta para staf untuk melaksanakan ibadah salat di Masjid Istiqlal.
Politikus PDI Perjuangan tersebut menuturkan, BJ Habibie menerima dengan ikhlas pertanggungajawabannya tidak diterima MPR.
BJ Habibie pun memutuskan untuk tidak lagi maju dalam pemilihan umum (pemilu).
"Setelah pertanggungjawabannya ditolak, Pak Habibie ngajak salat ke Istiqlal, karena rombongan banyak, ya sudah kita serahkan saja mana yang terbaik sama Allah, bersujud meminta pada Allah kita serahkan, tidak usah dipermasalahkan," tuturnya.
Diketahui, BJ Habibie menjadi presiden ke-3 RI usai Presiden Soeharto turun dari jabatannya pada 21 Mei 1998.
Saat itu, kondisi ekonomi yang semakin parah serta isu KKN yang dilakukan pemerintah berhasil menciptakan gerakan masyarakat.
Gerakan massa tersebut berhasil melengserkan Soeharto yang sudah berkuasa kurang lebih 32 tahun.
Naiknya BJ Habibie sebagi presiden menggantikan Soeharto membawa angin segar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca: Proteindo Cipta Pangan Gencarkan Aktivitas Digital untuk Perluas Outlet Waralaba Ayam Goreng
Melalui tangan dingin Habibie, keran demokrasi dibuka di Era Reformasi.
Namun, situasi saat itu belum kondusif serta masih terjadi beberapa permasalahan.
Satu di antaranya lepasnya Timor Timur dari NKRI melalui referendum yang akhirnya menjadi negara merdeka, Timor Leste.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan gagalnya pemerintahan BJ Habibie sehingga pertanggungjawabannya sebagai presiden ditolak MPR.
Sosok Habibie di mata Jokowi
Mewakili negara, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan duka cita mendalam atas meninggalnya Presiden ke-3 RI, BJ Habibie, Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.
Didampingi Ibu Negara Iriana dan anak pertamanya Gibran Rakabuming Raka, Jokowi menyempatkan diri memberikan penghormatan terakhir kepada BJ Habibie di Paviliun Kartika, RSPAD.
Lantas bagaimana sosok BJ Habibie dimata Jokowi?
Jokowi mengatakan BJ Habibie merupakan ilmuan kelas dunia, bapak teknologi Indonesia, dan Presiden ke-3 RI.
Baca: BJ Habibie Meninggal Dunia, Para Tokoh Tanah Air Ucapkan Bela Sungkawa dari Fadli Zon hingga AHY
Sesama hidup, Jokowi mengaku kerap meminta saran kepada BJ Habibie utamanya soal ekonomi dan kebangsaan.
"Selalu setiap persoalan yang ada di negara kita, berkaitan ekonomi dan kebangsaan beliau selalu langsung menyampaikan solusinya, jalan keluarnya. Kadang sering beliau datang ke istana atau saya datang ke rumah pak BJ Habibie. Beliau adalah negarawan yang patut dijadikan contoh dan suri teladan dalam kehidupan," kata Jokowi di lobi utama RSPAD.
5 menit sebelum Jokowi datang
Mendengar kabar kondisi Presiden ke-3 BJ Habibie menurun, Rabu (11/9/2019) petang, Presiden Jokowi langsung menuju ke Paviliun Kartika, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Sesampainya di RSPAD, Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana dan anak pertamanya Gibran Rakabuming Raka langsung menuju ke ruang tempat BJ Habibie dirawat.
Sayangnya lima menit sebelum Jokowi tiba, BJ Habibie sudah meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB.
"Innalillahi wainnailahi rajiun. Perkenankan saya atas nama seluruh rakyat Indonesia dan pemerintah menyampaikan duka yang mendalam. Menyampaikan bela sungkawa mendalam atas berpulangnya Bapak Prof BJ Habibie tadi pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Soebroto," kata Jokowi di lobi utama RSPAD.
Baca: Robert Rene Alberts Puas dengan Skuat Persib Bandung Sedangkan Manajer Belum Puas
"Saya sampai sini, lima menit sebelumnya beliau sudah tidak ada. Tiga hari lalu saya sudah tengok beliau juga, sama tidak bisa berbicara dengan beliau karena memang kondisi sakit beliau," ungkap Jokowi.
Masih menurut Jokowi, BJ Habibie dikenal sebagai seorang ilmuan kelas dunia dan juga bapak teknologi Indonesia serta Presiden ke-3 RI.
BJ Habibie menghembuskan nafas terakhir dalam usia 83 tahun.
Baca: TERKINI Habibie Meninggal Dunia, Jokowi: 5 Menit Sebelum Tiba, Beliau Sudah Tidak Ada
"Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, kesabaran dan bisa melanjutkan apa yang dicita-citakan oleh Bapak Profesor BJ Habibie semasa hidupnya, terima kasih," singkat Jokowi.
Sebelumnya, Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat Dokter Terawan membenarkan BJ Habibie meninggal dunia, Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.
Putra BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie juga membenarkan hal tersebut.
"Ayah saya Pak Habibi Presiden RI ke 3 telah meninggal, alasan kenapa meninggal karena sudah menua. Mohon doanya, mohon pengertian kami dalam keadaan berkabung," tegas Thareq di RSPAD.
Baca: Sebelum Meninggal Dunia, BJ Habibie Dirawat oleh 44 Dokter Kepresidenan
Diketahui BJ Habibie dirawat di RSPAD sejak 1 September 2019 lalu.
Seluruh biaya perawatan selama disana ditanggung oleh negara.
Untuk menangani kesehatan BJ Habibie, sebanyak 44 dokter Kepresidenan telah disiapkan. Mereka terdiri dari 34 tim panel ahli dan 10 dokter pribadi presiden.