TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengoperasian Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan tengah dioptimalkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Mulai dari penyemaian garam dapur atau Natrium Klorida (NaCI) hingga penggunaan bahan semai baru berupa kapur tohor aktif atau Kalsium Oksida (CaO).
Melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT, penyemaian kapur tohor aktif itu pun dilakukan pada objek berupa gumpalan asap, agar bisa mengurai partikel.
Seperti yang disampaikan Kepala BBTMC Tri Handoko Seto yang mengatakan bahwa penggunaan kapur tohor aktif ini diyakini mampu menghilangkan asap yang disebabkan karhutla.
"Kapur tohor ditaburkan di gumpalan asap, sehingga dapat mengurai partikel karhutla dan gas, akibatnya asap hilang dan radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi," ujar Seto, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/9/2019).
Baca: Viral! Foto Sepatu Jokowi Sebelum dan Sesudah Mengunjungi Lokasi Kebakaran Hutan
Baca: Miliki Belasan Hotel Mewah di Bali, Hotman Paris Tunjukkan Penampakan yang Paling Murah
Opsi penggunaan bahan semai berupa kapur tohor aktif itu dipilih karena saat ini kemunculan potensi awan cukup sulit lantaran proses penguapan terhambat adanya kabut asap.
Hal itu juga akhirnya menghambat masuknya sinar matahari ke bumi karena kabut asap yang disebabkan karhutla tersebut tertahan dan menutupi angkasa.
Seto pun berharap penyemaian kapur tohor aktif pada pagi hari itu bisa mengurangi kabut asap di Riau.
Sehingga memudahkan BBTMC melakukan proses selanjutnya, yakni penyemaian garam dapur untuk operasi TMC.
"Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," kata Seto.
Dalam proses menghilangkan konsentrasi kabut asap itu, BPPT menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif.
Bahan semai ini telah disiagakan di Posko Utama Operasi TMC di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Nantinya, kapur tohor aktif itu akan didistribusikan ke wilayah yang terindikasi terjadi karhutla, mulai dari sejumlah provinsi di Sumatra hingga Kalimantan.
Dalam pengoperasian TMC, BPPT juga bersinergi dengan kementerian dan sejumlah lembaga lainnya, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Untuk penyemaian kapur tohor aktif, ada tiga jenis pesawat yang digunakan yakni CN 295 yang memiliki kapasitas 2,4 ton, kemudian Hercules C 130 kapasitas 4 hingga 5 ton, serta Cassa 212 kapasitas 800 kilogram.
Pengoperasian TMC dalam skala lebih besar ini akan dioptimalkan selama satu bulan ke depan.
Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan hal itu usai menghadiri Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Karhutla yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan dihadiri para menteri serta pimpinan lembaga terkait di Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019) malam.
Ia mengatakan bahwa peningkatan efektivitas operasi TMC akan menggunakan Kapur Tohor aktif (CaO) sebagai bahan semai.
"Kami akan tingkatkan upaya TMC, dengan upaya Kapur Tohor aktif (CaO) sebagai bahan semai," jelas Hammam.
Penyemaian tersebut akan dilakukan mulai pagi hari, untuk memunculkan awan yang dibutuhkan dalam proses TMC.
"Disemai pagi hari untuk meningkatkan kualitas udara yang memudahkan pertumbuhan awan," kata Hammam.