TRIBUNNEWS.COM - Fakta tragis di balik kematian Zainal Abidin (29), pemuda asal Desa Paok Motong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat / NTB yang tewas dipukuli oknum polisi saat ditilang.
Kematian Zainal Abidin saat ditilang, Kamis (5/9/2019) lalu menyisakan kisah tragis di baliknya.
Zaenal Abidin (29) seorang pemuda asal Desa Paok Motong, Lombok Timur, tewas setelah diduga berkelahi dengan anggota Satlantas di lapangan apel Satlantas Polres Lombok Timur ini rupanya sempat meminta tolong agar dirinya tidak dipukuli.
Untuk mengungkap tewasnya Zaenal, Polda NTB pun memeriksa Ikhsan yang merupakan keponakan dari Zaenal.
Hasilnya, dari keterangan Ikhsan, ia mengaku melihat pamannya dipukul tiga oknum polisi dengan menggunakan traffic cone atau kerucut lalu lintas.
• Warga Mataram NTB Minta Keadilan atas Tewasnya Zaenal Abidin yang Dianiaya Polisi saat Ditilang
• Fakta Kematian Zaenal Abidin yang Diduga Bertengkar dengan Polisi, Polda NTB Akan Tetapkan Tersangka
• Buntut Panjang Terpilihnya Mulan Jameela Jadi Anggota DPR, Kader yang Tergantikan Merasa Dizalimi
• Komentar Fahrul Rozi, Caleg Gerindra yang Jatah Kursi DPR-nya Direbut Mulan Jameela, Akui Kecewa
Bahkan, sambung Ikhsan, pamannya sempat minta tolong kepada oknum polisi agar berhenti dipukuli.
Untuk mengungkap kasus kematian Zaenal, pihak Polda NTB pun sudah memeriksa 14 saksi, bahkan Kapolda NTB Irjen Nana Sudjana menegaskan akan segera menetapkan tersangka dalam waktu kurang tiga minggu.
Berawal dari ditilang
Nana mengungkapkan, kronologi perkelahian antara oknum polisi di lapangan Satlantas Polres Lombok Timur dan seorang warga bernama Zaenal Abidin, dipicu dari Zaenal yang terjaring razia operasi patuh yang dilaksanakan pada hari Kamis (5/9/2019) lalu sekitar pukul 16.00 WIB.
Tak terima sepeda motornya terjaring razia, sambung Nana, pada pukul 20.20 Wita, Zaenal pun mendatangi Polres Lotim dengan menggunakan sepeda motor dari arah melawan arus dan tanpa helm memasuki pintu gerbang kantor Satlantas.