Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demo buruh menolak revisi UU Ketenagakerjaan dan kenaikan iuran BPJS yang berjalan damai di depan Gedung DPR, Rabu (2/10), menuai pujian dari berbagai pihak. Salah satunya Pengamat Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi.
Ari mengatakan demo yang diakhiri dengan joget bareng massa dengan Wakapolda Metro Jaya itu bisa menjadi pembanding dengan demo anarkis yang marak belakangan ini.
"Demonstrasi kalau sudah ada komunikasi yang baik antara demonstran dan pemangku kebijakan, pasti jauh dari anarkis. Karena kedua belah pihak sama-sama ingin titik temu dari kepentingan masing-masing, bukannya ekspresi kekerasan yang akhirnya merugikan semua pihak," ujar Ari, ketika dihubungi, Rabu (2/10/2019).
Ia membandingkan demo damai buruh dengan sejumlah demo mahasiswa dan pelajar menolak sejumlah RUU kontroversial yang berakhir anarkis.
Baca: Astronot Alexander Gerst dan 24 Tokoh Dianugerahi Bintang Jasa
Baca: Pengakuan YL yang Berselingkuh dengan Sopirnya Sebelum Bersekongkol Habisi Nyawa Sang Suami
Baca: Gadis Ini Diusir Ibunya karena Dituduh Selingkuh dengan Ayah Tiri, Faktanya Ia Jadi Korban Rudapaksa
Menurutnya, demo mahasiswa dan pelajar seharusnya tidak anarkis dan bahkan bisa lebih damai dari demo buruh.
"Karena tuntutan buruh tolak kenaikan iuaran BPJS, tolak revisi UU Ketenagakerjaan dan PP 78/2015 ini urusannya langsung ke ‘perut’, ke penghasilan mereka. Tapi kalau komunikasi dilakukan dengan kepala dingin, urusan ‘perut’ itu tidak akan melahirkan amuk massa," kata dia.
Menurutnya, demo mahasiswa dan pelajar tidak anarkis lantaran tuntutannya sudah dipenuhi. Sementara tuntutan buruh meski sudah dikomunikasikan dengan pemerintah, belum ada titik temu yang final.
"Inilah anehnya. Tuntutan penolakan 4 dari 5 RUU kontrovesial dari mahasiswa sudah dipenuhi Presiden dengan penundaan pengesahan. Presiden juga sudah menyatakan mempertimbangkan penerbitan Perppu KPK, tapi kok masih saja anarkis?" imbuhnya.
Oleh karenanya, ia menilai tak heran apabila banyak muncul dugaan di masyarakat bahwa aksi-aksi anarkis tersebut ada yang menunggangi. "Wajar jika orang kebanyakan akan berpikir seperti itu (ditunggangi). Apalagi kerusakan dan gangguan keamanan yang ditimbulkan sudah membuat jengkel banyak orang," kata dia lagi.
Di sisi lain, Ari menuturkan komunikasi publik yang dijalankan pemerintah dinilainya sudah cukup baik. Presiden Jokowi disebutnya selalu sigap merespon isu masyarakat.
"Termasuk juga para pembantunya, misalnya Seskab juga sudah menjadi komunikator publik yang baik. Tapi namanya ada ‘faktor X’ di balik demo-demo anarkis, ya yang harus mengendalikan selebihnya adalah kepolisian, karena sudah menyangkut keamanan," tandasnya.