"Pendeta itu melarang mereka (perusuh) masuk ke Gereja, makannya kami semua selamat. Ada ratusan orang yang mengungsi ke Gereja, perantau dari Madura termasuk," tuturnya.
Jerfi mengatakan, kelompok perusuh yang menyerang bukanlah warga asli Wamena yang selama ini Ia kenal.
"Bukan warga yang kita kenal. Mereka (perusuh) turun dari lembah bawa senjata. Bawa panah, molotov, ketapel, paling banyak bawa batu. Langsung menyerbu, mendadak," ungkapnya.
Sementara itu, Anton (33) perantau asal Minang lainnya juga mengatakan bahwa warga asli Wamena yang Ia kenal juga turut menjadi korban.
Ia mengatakan, perusuh membakar rumah serta bangunan tanpa pandang bulu hingga menyebabkan wara berlarian mencari pengungsian.
Warung kelontong yang Ia miliki juga turut habis terbakar akibat beringasnya massa.
Beruntung Ia selamat setelah mengungsi di Kodim.
"Saya mengungsi ke Kodim, kios warung kelontong saya dibakar. Enggak ada barang yang bisa diselamatkan. Kalau pelakunya banyak, mereka menyebar. Tapi kita enggak kenal mereka," tutur Anton.
Baca: Wamena Mulai Kondusif, Dokter Takut Bertugas, Sejumlah Puskesmas Masih Tutup
Sementara itu, Amin (40) satu diantara pengungsi yang juga keluar dari Wamena mengungkapkan, tidak semua warga Wamena terlibat dalam kerusuhan.
Ia mengatakan, warga asli Wamena justru menolong para pengungsi dari serangan perusuh.
Dilansir dari TribunBogor, Amin berhasil selamat dalam kerusuhan tersebut setelah ditolong dan bersembunyi di rumah warga Wamena.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin
Setelah bersembunyi, Ia diberi informasi oleh warga Wamena tentang keberaddan aparat.
"Saya selamat dari karena ketika rumah saya di depan di bakar saya lari keluar lewat pintu belakang rumah. Sembunyi saya di rumah warga sana (Wamena)," kata Amin