Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengamini saat ini cost ikan dari tempat penangkapan hingga ke tangan konsumen biayanya sangat mahal.
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar tol laut tidak hanya beroperasi ke daerah kepulauan tapi juga dari sentral produksi ikan ke luar negeri.
"Kemarin itu gurita 1 kontainer ekspornya lewat Jakarta, kenapa tidak langsung Natuna-Singapura. Jadi kan ini dua kali perjalanan. Morotai juga ekspornya lewat Makassar dulu. Jadi ikan terlalu besar costnya," ujar Susi di kantornya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rabu (9/10/2019).
Baca: Ucapan Menteri Susi Pudjiastuti Usai Tenggelamkan Kapal Di Mempawah Seolah Beri Isyarat Soal Kabinet
Baca: Saat Stres Melanda, Penting Cari Teman Bercerita
Baca: Sidang Kasus Suap Jual-beli Jabatan di Kemenag, Hakim Tolak Nota Keberatan Romahurmuziy
"Mau saya kenapa seperti itu tidak pakai tol laut. Kenapa tol laut hanya di dalam negeri saja, tidak ke luar negeri ?," tuturnya lagi.
Susi juga menilai saat ini program Tol Laut masih kurang efektif menekan disparitas harga baik di sentra produksi maupun di lokadi distribusi.
"Tol laut juga masih kurang efektif karena frekuensinya masih jarang ya," tambahnya.
Susi menambahkan persoalan transportasi menjadi pekerjaan rumah pemerintah ke depan guna menjamin disparitas harga di sentra penangkapan dengan di tangan konsumen.
Dia berharap nantinya harga ikan tongkol di Talaud atau Sangihe yang Rp 15-20 ribu per kilonya sampai di Jakarta bisa Rp 25 ribu. Sehingga tidak terjadi disparitas harga yang mencolok.
Bersama dengan Kementerian Perhubungan, Susi bakal mengkaji solusi untuk meningkatkan kualitas tol laut.