TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan pencari suaka asal Afganistan dan Sudan sejak Kamis (10/10/2019) pagi hingga malam, nekat bertahan demi menuntut keadilan di depan kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Mereka yang datang dari lokasi pengungsian di lahan bekas Kodim Kalideres, Jakarta Barat ini bahkan sudah berniat untuk bermalam di sana dengan membawa perlengkapan tenda dan pakaian ganti.
Tapi, Satpol PP kemudian berhasil membujuk para pencari suaka untuk kembali ke tempat pengungsian. Tiga unit bus TransJakarta dikerahkan untuk mengantarkan mereka ke Kalideres.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta Taufan Bakri menjelaskan aksi yang ditunjukkan para pencari suaka pada Kamis (10/10) kemarin merupakan cermin dari ketidakmampuan UNHCR memenuhi janji-janjinya.
Sebab UNHCR, ia sebut, selalu tidak menepati janji sebagaimana yang diinginkan para pencari suaka. Alhasil, hal ini jadi penggerak mereka untuk menggeruduk kantor UNHCR.
"Ya ini ketidakpuasan mereka terhadap UNHCR, karena janji-janji UNHCR selalu tidak tepat seperti apa yang diharapkan, lalu menimbulkan gesekan," kata Taufan saat dikonfirmasi, Jumat (11/10/2019).
Taufan menuturkan, para pencari suaka terpaksa harus dikembalikan ke lahan eks Kodim Kalideres lantaran keberadaan mereka yang menggelar tenda dan tikar di trotoar Jalan Kebon Sirih, dianggap mengganggu ketertiban umum
Apalagi kata dia, aspirasi atau penyampaian pendapat di muka umum hanya dibatasi hingga pukul 18.00 WIB.
Maka, dengan begitu terpaksa Satpol PP bersama pihak kepolisian membawa ratusan pencari suaka itu ke tempat penampungan asalnya.
"Bagi kami, kalau mendirikan tenda, tidur-tidur di jalanan kan nggak baik, maka kita geser kembali ke tempatnya, Kalideres. Karena kan kalau sudah jam 18.00 WIB kan waktu demo selesai," ujarnya.
Sebelumnya, salah satu pengungsi asal Afganistan yang ditemui di lokasi, Ali, mengaku kembali lagi tempati trotoar Jalan Kebon Sirih karena mau menuntut diberikan tempat tinggal.
Sebab kata dia, lokasi penampungan di eks Kodim Kalideres cuma punya fasilitas seadanya. Dia dan para pencari suaka lainnya tidak mendapatkan aliran listrik serta air cukup.
"Di sana cuma ada tempat buat tidur, tapi nggak ada air dan listrik," ujarnya.
Beberapa pengungsi juga terlihat membawa papan yang diisi tulisan keluh kesah mereka. Seperti, "Shelter is our right. Rp 1 milion is not solution".
Lalu ada juga tulisan "We fled being abussed, stop saying: Sleeping on the road is your culture".
Diketahui, UNHCR sebelumnya sempat memberikan bantuan berupa dana sebesar Rp 1 juta untuk setiap kepala keluarga. Namun kata Ali, uang tersebut cuma diberikan sekali saja dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Hanya satu kali saja, sebelum terima harus tandatangan dulu. Tidak cukup uangnya," tuturnya.
Baca: Jokowi akan Evaluasi Total UU tentang Otsus Papua
Baca: VIDEO VERSI TERBARU Penikaman Wiranto Beredar: Terlihat Jelas Wiranto 2 Kali Kena Tikaman Langsung