TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - TH, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (11/10/2019), adalah pribadi yang tidak menentu.
TH juga sering bertengkar dengan Yuspian, ayahnya, soal uang.
Hilmy Salim (17), adik TH, menuturkan kepada Tribun Network di kediamannya di Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (12/10/2019) perangai kakaknya.
Menurut Hilmy, kakaknya tersebut kadang bersikap galak, kadang bersikap baik.
"Tapi sering ribut dengan Bapak. Biasanya karena soal uang," ujar Hilmy.
Pertengkaran antara TH dengan Yuspian biasa terjadi di rumah saat hari menjelang malam.
Hilmy mengaku tidak pernah ikut campur terhadap pertengkaran mereka.
Hilmy hanya diam dan mendengarkan kata-kata kasar yang keluar dari mulut kakaknya.
"Biasanya nama-nama hewan keluar saat sedang bertengkar, tapi Bapak biasanya mengalah. Dia (TH) memang agak sulit dinasihati," kata Hilmy.
Berdasarkan penuturan Hilmy, TH tidak tinggal di rumah kontrakan mereka sejak dua minggu terakhir.
Hilmy menuturkan TH mengontrak sebuah kamar kos tidak jauh dari tempat kerjanya di sebuah toko daring.
Baca: Cerita Aktor Tampan Pernah Jadi Ajudan Pribadi Wiranto, Jujur Ungkap Sosok Seperti Apa Menkopolhukam
"Ke rumah ketika gajian. Bantu meminjamkan uang untuk membayar kontrakan, kemudian dia minta lagi. Di rumah biasanya membaca buku yang kemarin dibawa oleh polisi," tutur Hilmy.
Sejauh pengamatan Hilmy, kakaknya masih berada di tahap belajar jihad.
Hilmy mengaku tidak pernah melihat TH melakukan hal-hal yang aneh.
Tindakan aneh yang dimaksud Hilmy adalah merakit bom atau merancang penyerangan.
"Saya sebenarnya juga kasihan. Bapak kaget sehingga semalam tidak bisa tidur karena memikirkan Abang (TH). Mungkin ini juga buat pelajaran," kata Hilmy.
Baca Buku Jihad Sejak 2015
Taufik Hidayat alias TH (20), terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 di Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (11/10/2019), membaca buku-buku soal jihad sejak masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan pada tahun 2015.
TH selalu menghindar ketika ditanyai soal asal buku-buku tersebut.
Baca: VIDEO Istri Kolonel Hendi Suhendi Tak Kuasa Menahan Tangis Setelah Proses Sertijab Sang Suami
Hal tersebut diutarakan oleh Yuspian (49), ayah TH, kepada Tribun Jakarta di rumahnya di Bambu Larangan, Cengkareng, Jakarta Barat, Sabtu (12/10/2019).
Yuspian menuturkan putra sulungnya tersebut memiliki bendera simbol afiliasi dengan ISIS dan buku-buku soal jihad sejak kelas I SMK.
"Kalau benderanya disimpan saja di lemari, tidak pernah dibawa-bawa, tapi bukunya sering dia baca," ujar Yuspian.
Yuspian tidak tahu apa isi buku tersebut, namun dia meminta TH tidak mempelajari buku tersebut setelah melihat sampulnya.
Yuspian takut buku itu akan membuat TH terpapar paham radikal. Bukannya menurut, TH justru membangkang.
"Waktu itu pernah saya larang, sepertinya tulisan seperti ini dilarang, tapi justru dia simpan. Kalau kita beritahu, justru lebih galak dia," tutur Yuspian.
Dia tidak tahu dari mana TH mendapatkan buku tersebut. Menurut penuturan Yuspian, TH selalu menghindar bila ditanya soal buku-buku itu.
"Bahkan hpnya tidak boleh ada yang pegang selain dia. Kalau dipegang adiknya, dia langsung marah," ujar Yuspian.
Menurut Yuspian, perilaku TH semakin berubah sejak ibunya meninggal dunia pada tahun 2017.
Sejak itu TH semakin rajin membaca buku yang menurut penuturan Yuspian ukurannya cukup tebal. TH juga semakin tertutup dan pendiam.
Baca: Prabowo & Hermawan Sulistyo Bantah Penusukan Wiranto Rekayasa, Ungkap Banyak Hal yang Meyakininya
"Sejak kecil dia memang dekat dengan ibunya. Sewaktu ibunya almarhum, dia jadi aneh dan fokusnya ke buku itu. Kalau saya ngomong jangan baca buku itu, dia tidak pernah mendengarkan," tutur Yuspian.
Saat pulang ke rumah kontrakan orang tuanya, TH tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar.
Sejak bekerja di sebuah toko daring, TH menyewa kamar kos bersama temannya di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
"Di lingkungan sini dia memang tidak pernah bergaul. Kalau main di luar wilayah sini. Kalau dengan orang di sini, dia tertutup," kata Yuspian.
Pernah Ikut Pelatihan Penyerangan
Yuspian tidak mengetahui lokasi penangkapan putranya. Saat sejumlah anggota Densus 88 mendatangi rumahnya pada Jumat siang, mereka tidak membawa TH.
"Saya tidak tahu dia ditangkap di mana. Entah di tempat kerjanya atau di kosan karena dia ngekos bersama teman-temannya. Waktu polisi ke sini, tidak bawa Taufik," tutur Yuspian.
Polisi ditemui oleh dua anak Yuspian yang lain karena Yuspian sedang berkeliling berjualan perabotan.
Yuspian tiba di rumahnya pukul 11.00 WIB saat sejumlah petugas Densus 88 mengepung tempat tinggalnya.
Jalan Bambu Larangan yang berada di depan gang rumah Yuspian sempat steril.
Baca: Tak Cuma Edarkan 20kg Sabu, Sipir di Aceh Terbongkar Simpan 40kg Narkoba di Lemari Dapur Rumah Istri
Beberapa petugas Densus 88 bersenjata lengkap dan polisi berpakaian preman mengamankan area sekitar rumah kontrakan Yuspian.
Tim Densus 88 datang untuk mencari beberapa barang bukti keterlibatan TH dalam jaringan terorisme.
Yuspian menuturkan polisi berada di rumahnya selama satu jam, sebelum waktu salat Jumat.
"Polisi yang masuk itu berpakaian bebas ada empat orang. Mereka bawa bendera dan buku dari lemari Taufik," kata Yuspian.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Network, TH ditangkap oleh Densus 88 di rumah kontrakan orang tuanya.
TH adalah anggota kelompok media sosial yang mendukung ISIS.
TH berbaiat kepada Abu Bakar Al-Baghdadi, pemimpin ISIS, bersama kelompok Abu Zee.
TH diketahui pernah mengikuti pelatihan penyerangan (idad) di taman dan lapangan Perumahan Puri Cendana.
TH diduga mengetahui rencana aksi amaliyah kelompok Abu Zee.
Baca: Panglima Kodam XIV Hasanuddin Pastikan Kolonel Hendi Dipenjara 14 Hari Usai Sidang Disiplin
Densus 88 menyita sejumlah barang bukti dari rumah kontrakan orang tua TH.
Mereka menyita dua buah bendera, sebuah ikat kepala, dua buah topi, selembar foto pahlawan pembelas Islam dan tujuh buah buku.
Ada juga tiga buah bundel catatan, delapan kertas catatan ISIS dan sebuah pisau lipat.
Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba adalah pimpinan kelompok JAD Bekasi.
Abu Zee telah ditangkap oleh Densus 88 pada akhir September lalu.
Abu Zee sempat menikahkan Abu Rara dan Fitri Andriana, dua orang pelaku penyerangan Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang, Banten beberapa hari lalu. (Tribun Network/rez/elg/fhd)