Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang wartawan senior Indonesia yang sudah 30 tahun berada di Jepang menyelenggarakan pelatihan jurnalistik (PJ), Minggu (13/10/2019) dan dihadiri oleh 21 warga Indonesia.
"Kita buat pelatihan jurnalistik untuk kemandirian warga Indonesia yang ada di Jepang, supaya bisa menjadi wartawan profesional di Jepang," kata Antonius, pembicara dalam acara Pelatihan Jurnalistik tersebut kepada Tribunnews.com, Senin (14/10/2019).
Berbagai ilmu mendasar serta pengalaman Antonius dibagikan kepada para peserta kemarin selama 4 jam di dekat Stasiun Kanda Tokyo usai taifun meninggalkan Kota Tokyo dan sekitarnya.
Beberapa peserta mengaku pernah membuat berita kepada media di Indonesia dan menanyakan berbagai hal kepada pembicara.
Baca: Rumah Dinas di Sidoarjo Disterilisasi, Peltu YNS Masih Dampingi Istrinya Diperiksa Polisi
Misalnya Asep menanyakan soal sumber berita yang sangat sensitif di Jepang, bagaimana kalau di Indonesia, mungkin tak dipercaya pembaca Indonesia kalau cuma dituliskan sumber saja.
"Benar. Di Jepang sangat sensitif sekali penulisan sumber berita. Umumnya tak mau terutama kalangan pejabat pemerintah. Itu pun tak mau disebutkan pula sumber pejabat pemerintah, karena pasti ketahuan nantinya," papar Antoniusi.
Dicontohkan mengenai berita anggaran keuangan Jepang, ditulis hanya sumber saja.
"Kalau nulis berita soal anggaran pemerintah Jepang, kita tulis sumber pejabat saja, itu pun sudah ketahuan pasti dari kementerian keuangan. Namun kalau ditulis hanya sumber saja, bisa macam-macam, misalnya dari ahli keuangan dan sebagainya. Itu sebabnya meskipun disebut sumber pejabat saja, tetap sumber berita di Jepang umumnya minta agar jangan dituliskan sumber pejabat. Tapi tulis saja sumber media, misalnya," jelasnya.
Penguasaan bahasa Jepang juga sangat penting jika ingin menjadi wartawan di Jepang.
"Penguasaan bahasa asing sama dengan penguasaan bahasa Indonesia. Kalau kita jelek berbahasa Indonesia, sudah pasti akan jelek pula penguasaan bahasa Jepang," lanjutnya.
Oleh karena itu penguasaan bahasa sangatlah penting di tambah update kosa kata dari Indonesia yang umumnya mengambil kosa kata dari koran utama.
Baca: Satu Lagi Istri TNI Nyinyiri Wiranto, Anggota Kodim 0707/Wonosobo Kopda BD Terancam Ditahan 14 Hari
"Dengan demikian seringlah baca berita Kompas, karena tidak sedikit banyak kosa kata baru bahasa Indonesia yang muncul di Kompas dan bisa memperkaya kosa kata kita juga," ujarnya.
Pelatihan jurnalistik akan diselenggarakan kembali bagi WNI yang ada di Jepang, Sabtu 19 Oktober mendatang jam 13.30 waktu Jepang di tempat yang sama dekat Stasiun Kanda Tokyo.
Pendaftaran masih terbuka untuk acara 19 Oktober 2019, silakan mengirimkan email ke: info@jepang.com dengan subyek: Pelatihan Jurnalistik.
"Saya mau belajar bahasa Indonesia lagi, siapa tahu bisa jadi wartawan atau koresponden media di Indonesia," kata Novi, salah seorang peserta kemarin.
Berbagai kunci dan pengetahuan serta pengalaman selama menjadi wartawan di Jepang dinalarkan kepada para peserta para pekerja yang ada di Jepang.
Para WNI berusaha untuk mendiri hidup di Jepang di tengah beratnya kehidupan Jepang saat ini dengan PPN yang naik menjadi 10 persen sejak 1 Oktober 2019.