TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski dikenal sebagai pendiri PDI pada tahun 1973, jangkauan pergaulan Sabam Sirait begitu luas dan melampaui sekat-sekat partai.
Sabam sudah menjelma dari politisi menjadi seorang negarawan.
Maka tak heran saat aksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membela perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Zionis Israel, Sabam Sirait turut serta turun ke jalan.
Bahkan Sabam ikut menyampaikan orasi bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan sebagaimana amanat UUD 1945.
Di mata mantan Presiden PKS, Hidayat Nur Wahid, Sabam adalah sosok negarawan.
Di saat yang sama, sejak dulu hingga kini, sosok Sabam tak pernah berubah. Sabam berpegang teguh pada prinsip namun di saat yang selalu menyapa meski berbeda pilihan politik.
"Saya tak memanggil Pak Sabam sebagai opung. Saya tetap memanggilnya Pak Sabam. Pak Sabam bukan hanya teman sesama politisi. Pak Sabam adalah guru saya," kata Hidayat, yang kini menjabat Wakil Ketua MPR, saat perayaan ulang tahun Sabam ke-83 di bilangan Jakarta Selatan, Senin malam (14/10/2019).
Bukan hanya berkesan di mata politisi senior PKS Hidayat Nur Wahid, Sabam juga berkesan di kalangan aktivis muda Islam.
Menurut mantan Ketua PB HMI, Mulyadi P Tafsir, Sabam Sirait adalah kakek, ayah, guru dan teladan bagi anak-abam muda.
Semangat Sabam tak pernah pudar untuk kemajuan dan persatuan indonesia.
"Pak Sabam dekat dengan seluruh elemen dari berbagai generasi, suku, agama. Indonesia membutuhkan banyak tokoh seperti beliau agar persatuan Indonesia senantiasa terjaga," ungkap Mulyadi.
Hal senda disampaikan mantan Ketua Umum KAMMI, Kartika Nurrahman. Menurut Kartika, Sabam konsisten dalam menjalankan visi politik kebangsaannya.
"Saya kira ini hal patut dicontoh oleh generasi muda," ungkap Kartika.
Ratusan orang menghadiri acara ulang tahun tokoh politik yang juga anggota MPR 2019-2024 paling senior ini.