TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena kebakaran lahan dan hutan masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti Sumatera Selatan meski kini hujan mulai turun di sejumlah daerah.
Berdasar analisis citra satelit landsat 8 OLI/TIRS yang di overlay dengan data sebaran hotspot, serta laporan hasil groundchek hotspot dan laporan Manggala Agni di situs Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat lahan seluas 328.722,00 ha terbakar di Indonesia.
Mayoritas titik api yang muncul berada di areal lahan gambut, lapisan tanah yang terbentuk dari bahan-bahan organik seperti tumbuhan yang membusuk dan terdekomposisi dalam waktu yang cukup lama.
Budaya pembukaan lahan dengan cara membakar sebetulnya sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Ghat Khaleb, Sekjen Dewan Adat Besar Krayan Hulu, Kalimantan Utara menyatakan, masyarakat Dayak di pedalaman melakukan pembakaran lahan, tapi dalam area dengan luasan yang terbatas. “Hanya sekedar mencari makan untuk berkebun, itu juga sangat terkendali,” katanya.
Gat Khaleb juga mengatakan, meski warga Dayak membakar hutan, penduduk pedalaman sangat memperhitungkan kelestarian hutan, lahan-lahan milik masyarakat sekedar untuk makan sehari-hari dan tidak untuk usaha besar.
Baca: Inilah Sosok M Sabilul Alif, Ajudan Pribadi Wapres Maruf Amin yang Pintar Ngaji
ia menambahkan. hutan bagi warga pedalaman ibarat tanjung kehidupan, tanpa mengambil sebagian lahan hutan, mereka tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup dan cara ini telah ada sejak leluhur kami ratusan tahun lalu.
Kebakaran hutan dan lahan juga sangat erat kaitannya dengan perusahaan perkebunan.
Baca: Tokoh Maluku: Erick Thohir Tak Sukses Pimpin TKN karena Gagal Menangkan Jokowi- Amin Secara Absolut
Meski tidak semua, tapi ada sebagian perusahaan perkebunan yang selama ini telah menyumbang kabut asap akibat aktivitas pembersihan lahan (land cleansing).
Ada perusahaan yang membabat hutan untuk membangun sebuah perkebunan. Karena biayanya yang mahal, tidak sedikit pengusaha mengambil jalan pintas membuka ratusan hektar lahan dengan cara dibakar dan menyebabkan kerusakan ekosistem dan kabut asap.
Kebakaran hutan di mata sebagian perusahaan perkebunan menjadi hal yang mendapatkan perhatian khusus. Seperti dilakukan PT Multi Kusuma Cemerlang (MKC) di Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Kepala Bidang Konservasi PT MKC, Rohimanfir, Rabu, (2/10/2019) menyatakan, PT MKC berkomitmen menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan ekosistem alam yang diakibatkan oleh pembakaran lahan hingga penebangan liar.
"Salah satu bentuk kongkrit pencegahan kebakaran hutan dan lahan ini di antaranya adalah disediakannya kendaraan dan alat pemadam kebakaran lengkap yang dimiliki oleh PT MKC,” ujarnya.
Rohimanfir juga mengatakan tim pemadam kebakaran PT MKC bersama masyarakat melakukan pemadaman intensif terhadap lahan yang terbakar di sekitar perusahaan yang disebabkan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
Dia mengatakan, pada 22 September lalu pihaknya mengamankan satu orang pelaku pembakaran lahan berinisial D (35) yang kemudian diamankan ke Polsek Bengalon.