News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Panas Dirasakan Warga Jakarta, Suhu Terik Masih Berlanjut Hingga Seminggu ke Depan

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI CUACA PANAS - Alasan kenapa udara terasa panas dan terik saat siang hari, BMKG memberikan penjelasan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuaca panas dan terik dirasakan warga Jakarta dan Bogor.

Di Jakarta bahkan suhu sempat menyentuh 37 derajat celcius.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat pada beberapa hari terakhir suhu udara pada siang hari memang terasa cukup terik.

Beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum mencapai 37 derajat celsius sejak tanggal 19 Oktober 2019 lalu.

Bahkan pada tanggal 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat celsius diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat celsius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat celcius.

Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat celcius.

Baca: Dipanggil Jokowi, Segini Harta Kekayaan Syahrul Yasin Limpo

Stasiun - stasiun meteorologi yang berada di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 derajat celsius - 36.5 derajat celcius ada periode 19 - 20 Oktober 2019.

Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, BMKG melihat hal ini erat kaitannya dengan gerak semu matahari.

Seperti diketahui pada bulan September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga bulan Desember.

Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dsb).

"Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari, " ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Prabowo dalam pernyataannya, Selasa(22/10/2019).

Minimnya tutupan awan ini kata Mulyono akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara.

Gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Dalam waktu sekitar satu minggu ke depan lanjut Mulyono masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya.

"BMKG mengimbau masyarakat yang terdampak suhu udara panas ini untuk minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla,"kata Mulyono.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui:
- call center 021-6546315/18;
- http://www.bmkg.go.id;
- follow @infobmkg;
atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini