Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu terorisme kemungkinan besar akan menjadi pembahasan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang akan diselenggarakan di Bangkok, Thailand.
"Kemungkinan besar isu counter terrorism akan diangkat, karena ada sekitar 10 forum KTT," ujar Pelaksana tugas juru bicara (Plt Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Teuku Faizasyah, Rabu (30/10/2019).
Menurutnya isu tersebut akan diangkat karena dianggap akan menjadi ancaman keamanan dan stabilitas di berbagai kawasan termasuk ASEAN.
Baca: AP II: Bandara Husein Sastranegara Bandung Jadi Hub untuk Pesawat Propeller
"Kita tidak memiliki bola kristal untuk pastikan isu apa yang akan dibahas. Akan tetapi, kalau dari aspek kepentingannya ini bisa saja dibahas terpisah dalam pertemuan bilateral," ujarnya.
Walaupun belum bisa memastikan isu tersebut akan dibahas para pemimpin negara, menurut Teuku Faizasyah fakta menunjukkan negara-negara ASEAN dihadapkan dengan permasalahan yang sama terkait isu terrorisme.
Baca: Viral Anggaran Rp82,8 Miliar untuk Lem Aibon, Penjelasan Disdik DKI Jakarta hingga PSI Tidak Puas
"Banyak warganya yang jadi foregin fighters dan ini jadi keniscayaan adanya keperluan pertukaran informasi untuk mencari solusi bersama," ujarnya.
Disinyalir banyak warga dari negara ASEAN yang jadi foregin fighters atau warga negara yang terlibat dalam kegiatan terrorisme di luar negeri.
Baca: Lembaga Manajemen Aset Negara Kembali Selenggarakan Kompetisi The Asset Manager 2019
Setelah kabar kematian pemimpin ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi, masalah foreign fighter menjadi satu isu yang disorot.
"Dari pemberitaan yang diduga foreign fighters ada dari negara-negara mitra. Ada kesamaan interest dan mungkin saja dibahas tapi kita tunggu saja setelah KTT," ujarnya.
Lone Wolf
Pengamat terorisme dari UIN Jakarta Ade Faizal, mengatakan tewasnya pimpinan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi seperti dikabarkan militer Amerika Serikat, berpotensi memicu kemunculan lone wolf di Indonesia.
Ia mengkhawatirkan kejadian penusukan seperti pada mantan Menkopolhukam Wiranto akan kembali terjadi.
"Tewasnya Abu Bakar al-Baghdadi tentu berimbas banyak hal. Tantangan berikutnya adalah munculnya aksi lone wolf seperti yang terjadi pada kasus penusukan pak Wiranto," ujar Ade, ketika dihubungi Tribunnews.com, Selasa (29/10/2019).
Ade mengatakan jejaring ISIS di seluruh dunia akan tercerai berai merespon kematian dari sang pemimpin. Terlebih kota yang didaulat sebagai ibu kota merekam yakni Raqqah, sudah tidak dalam genggaman.
"Artinya mereka tidak memiliki teritorial untuk 'trial' negara Islam. Rekrutmen pun terhambat," kata dia.
Baca: Mengenal Lebih Dekat Konsep Global Support di MPV 7-Seater Wuling Cortez
Hal itu menurutnya kemungkinan akan berimbas pula pada situasi di Tanah Air. Ia menyinggung terpecahnya kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pasca tewasnya Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Baca: Nasabah Divonis Bersalah dan Didenda Rp 4 Miliar Gara-gara Karyawan BNI Medan Salah Transfer
"Kubu ISIS di Indonesia juga tercerai berai. Apalagi pimpinannya, Amman Abdurrahman masih dipenjara. Bagian Askar (tentara) JAD juga tercerai berai setelah tewasnya pimpinan MIT Santoso," tandasnya.
Baca: Kasus Pelajar Tikam Guru Sampai Meninggal, SMK Ichtus Akhirnya Ditutup Setelah Boroknya Terungkap
Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengkonfirmasi pimpinan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi telah tewas setelah meledakkan rompi bom bunuh diri.
Menurut Trump, aksi itu dilakukan ketika al-Baghdadi digerebek pasukan elite AS di sebuah desa di Suriah, Sabtu.
"Dia tewas setelah berlari ke jalan buntu, merintih, menangis dan menjerit sepanjang jalan," kata Trump dalam keterangan pers di Gedung Putih, Minggu (27/10).
Menurutnya, al-Baghdadi yang dikenal kejam itu menghabiskan saat-saat terakhirnya dalam ketakutan total, sangat panik dan ketakutan.
Baca: Viral Video Siswi SMA Disetubuhi Setelah Dianiaya Kekasihnya, Dicari Keluarga Karena Hilang 3 Hari
Trump menambahkan mengatakan pasukan khusus AS melakukan serangan malam hari yang berani dan berhasil menyelesaikan misi mereka. Tidak ada tentara AS yang terbunuh tetapi sejumlah pengikut al-Baghdadi ikut tewas bersama pemimpinnya.
Baca: Usai Upacara Sumpah Pemuda, Pegawai Kemenkes Serbu Menteri Terawan dan Mengajaknya Selfie
Presiden Trump menambahkan ia tidak memberi tahu semua anggota Kongres AS tentang operasi militer terhadap al-Baghdadi. "Kami hanya memberi tahu beberapa orang," katanya.
Alasannya, sering terjadi kebocoran informasi rahasia di AS. "Tidak ada negara di dunia yang mengalami bocor informasi seperti kita," katanya.
Trump tidak ingin pasukan AS yang melakukan penyergapan disambut oleh anak buah al- Baghdadi hanya karena terjadi kecocoran informasi. "Kebocoran bisa menyebabkan kematian mereka semua," katanya.
Trump mengungkapkan al-Baghdadi telah dipantau selama beberapa minggu. Ada dua atau tiga misi terpaksa dibatalkan sampai akhirnya tim terakhir berhasil menewaskan sasaran.
Trump mengaku menyaksikan operasi rahasia itu di Situation Room Gedung Putih, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. "Itu adalah misi yang sangat berbahaya," katanya.
Trump berterima kasih kepada Rusia, Turki, Suriah, Irak, dan Kurdi Suriah, karena membantu operasi tersebut. Dia mengatakan Kurdi Suriah memberi informasi bermanfaat bagi AS.
"Pasukan operasi khusus AS mengeksekusi serangan malam yang berbahaya dan berani di barat laut Suriah. Personel AS luar biasa. Aku harus banyak menontonnya. Tidak ada personel yang hilang dalam operasi itu. Sedang sejumlah besar kawan Baghdadi terbunuh bersamanya," ujar Trump.
Menurut Trump ledakan rompi bunuh diri juga menewaskan tiga anak al-Baghdadi. "Sebanyak sebelas anak muda dipindahkan dari rumah dan tidak terluka. Satu-satunya yang tersisa adalah Baghdadi di dalam terowongan. Ia menyeret tiga anaknya yang masih kecil bersamanya," terang Trump.
Ketika mencapai sebuah terowongan, ternyata jalan yang dialui al-Baghdadi itu ternyata buntu. "Dia menarik rompinya, membunuh dirinya sendiri dan ketiga anak itu. Tubuhnya dimutilasi oleh ledakan itu," kata Trump.