TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hubungan seseorang dalam politik sangatlah cair, dari lawan bisa dalam sekejap menjadi kawan.
Setidaknya itulah yang dirasakan Nurul Arifin.
Politikus Partai Golkar tersebut tak menyangka akan menjadi mitra kerja dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hal tersebut terjadi karena kini Nurul Arifin menjadi anggota Komisi I DPR RI.
Sementara Prabowo Subianto ditunjuk menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) oleh Presiden Joko Widodo.
Komisi I diketahui merupakan mitra kerja dari Kementerian Pertahanan, Badan Intelijen Negara (BIN), Komunikasi dan Informasi, serta Kementerian Luar Negeri.
Hubungan Nurul Arifin dengan Prabowo Subianto bisa dibilang terus berubah dalam 10 tahun terakhir.
Sambil menengadah wajahnya ke atas, seolah mengingat sesuatu, Nurul Arifin mengatakan hubungan politik dengan Prabowo merupakan pengalaman yang luar biasa.
"Ini suatu pengalaman yang luar biasa buat saya. (Mulai dari) ketika Golkar masih mendukung Prabowo, kita berkoalisi untuk kemenangan pak Prabowo. Saya dengan mas Tantowi (Yahya), mas Sandiaga Uno jadi jubirnya beliau, tapi kalah," ujar Nurul, ketika diwawancarai Tribunnews.com di ruang kerjanya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019).
Baca: Pengamat: Sikap Prabowo Tolak Gaji Menteri Sebagai Fenomena Biasa dan Bukan yang Pertama
Hubungan itu kemudian berubah menjadi lawan ketika Golkar memutuskan mendukung Jokowi-Maruf Amin dalam perhelatan Pilpres 2019.
Otomatis Nurul pun berseberangan dengan Prabowo.
Namun, dalam Kabinet Indonesia Maju ternyata Jokowi menunjuk Prabowo menjadi Menhan.
Hal tersebut membuat Prabowo akan menjadi mitra kerja Komisi I tempat Nurul berada.
Keberadaannya di Komisi I pun tak asing bagi perempuan kelahiran Bandung, 19 Juli 1966 tersebut.