Laporan wartawan Tribunnews.com, Mafani Fidesya Hutauruk
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo ingin istilah 'manipulasi agama' dengan tujuan menjaga keamanan dan stabilitas politik.
Direktur Lembaga Pemilih Indonesia, Boni Hargens menjelaskan bahwa radikalisme lebih besar dari manipulasi agama.
Menurut Boni, radikalisme agama muncul dan menguat sejalan dengan politik elektoral baik di Pilkada maupun di Pilpres kemarin.
"Saya memahami betul maksud baik presiden tetapi mohon maaf radikalisme lebih dari sekadar upaya memanipulasi agama," ucapnya saat menggelar diskusi Merawat Keindonesiaan di Jakarta Selatan, Senin, (4/11/2019).
Baca: Bahas Radikalisme, Mahfud MD Bongkar Percakapan dengan Jokowi, Presiden Usulkan Hal Ini Padanya
Menurutnya, radikalisme adalah sebuah paham yang ingin mendirikan Negara agama sebuah bahan yang mengarah kepada penggantian pondasi negara itu Pancasila dengan sistem lain yaitu Khilafah.
"Dalam konteks Inilah kita masih perlu memahami radikalisme lebih jauh," ucapnya.
Kendati demikian, Boni Hargens tetap mengapresiasi niat baik presiden dalam menggantikan istilah tersebut.
"Kiranya kita juga dalam pergaulan sehari-hari agar mengurangi istilah radikalisme itu dan menggunakan kata manipulasi agama itu untuk keamanan dan stabilitas politik," ucap Boni.