TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bus besar warna putih-hitam dengan logo Partai Nasdem tampak merapat di Kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rabu (30/10/2019). Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh turun dari bus diikuti 12 pengurus DPP Nasdem.
Mereka datang untuk menggelar pertemuan yang dimulai pukul 16.00 WIB dan berlangsung sekitar satu jam lamanya secara tertutup, di Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan itu. Dalam kesempatan itu, Paloh dan Presiden PKS Sohibul Iman tercatat tiga kali berangkulan.
Rangkulan pertama terjadi saat Sohibul menyambut kedatangan Paloh. Diawali jabat tangan, keduanya saling merangkul, diikuti ciuman yang menyasar pipi kiri dan kanan dan perbincangan singkat.
Selepas menyampaikan hasil pertemuan tertutup, Paloh kembali merangkul dan memeluk Sohibul yang diabadikan lensa kamera fotografer. Tawa lepas keduanya menyeruak saat pelukan terjadi.
Baca: Pakar Gestur Sebut Sindiran Jokowi ke Paloh Tak Terlepas dari Tiga Kejadian Ini
Rangkulan penutup diberikan Paloh saat akan meninggalkan kantor DPP PKS setelah satu jam lamanya menggelar pertemuan tertutup. Mereka berbincang dalam jarak yang cukup dekat, tak terdengar apa yang dibicarakan seolah mereka tengah berbisik.
Ternyata rangkulan Paloh-Sohibul masih terngiang jelas dalam ingatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menghadiri acara HUT Golkar ke-55 di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/11). Jokowi menyindir Paloh yang dinilai terlihat lebih cerah dari biasanya selepas bertemu Sohibul.
"Wajahnya cerah, setelah beliau berdua berangkulan dengan Pak Sohibul Iman," kata Jokowi, disambut tawa hadirin riuh seisi ruangan.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku tak mengetahui makna pertemuan dan rangkulan keduanya. Jokowi mengatakan tak pernah dirangkul oleh Paloh seperti saat merangkul Sohibul.
"Tidak pernah saya di rangkul oleh Bang Surya seerat dengan Pak Sohibul Iman. Tadi di holding saya tanyakan, ada apa? Tapi nanti jawabnya di lain waktu dijawab," papar Jokowi.
Sindiran itu nyatanya tak dipermasalahkan oleh Paloh, bahkan tak dianggap sebagai peringatan. Pasalnya Paloh menganggap pertemuan dengan PKS sebagai hal yang wajar dalam mewujudkan demokrasi yang maju dan modern.
"Saya tak merasa itu dianggap suatu warning, saya pikir itu terlalu naif," kata Surya Paloh.
Pria berusia 68 tahun itu mengaku belum bertemu empat mata dengan Jokowi.
Tapi Paloh menegaskan terus menjalin komunikasi yang baik dengan Jokowi, serta akan menjelaskan terkait pertemuan Nasdem-PKS.
"Saya pikir tiap saat saya pasti dalam satu komunikasi intens dengan Presiden Jokowi. Amat sangat, pasti itu (berkomunikasi ke Jokowi terkait pertemuannya dengan Sohibul, -red). Tapi belum ketemu dalam fisik, tapi ketemu dalam batin," kata Paloh.
Psikolog politik, Dewi Haroen, mengatakan sindiran Jokowi kepada Paloh merupakan peringatan keras. Budaya Jawa yang melingkupi personality (kepribadian) Jokowi sudah tak terlihat dalam gestur dan pernyataannya saat menyindir Paloh.
Baca: Jokowi Sindir Surya Paloh Bertemu PKS, NasDem: Cuma Guyonan
Bahasa Jokowi yang seringkali memiliki makna tersirat, berubah menjadi memiliki makna tersurat. Ditambah lagi, Jokowi secara jelas menggunakan gestur tangan memeluk dan memberikan penekanan jika Nasdem masih berada dalam koalisi.
"Jadi interpretasi saya, ini tidak sekedar gestur lagi. Karena gestur itu kan sinyal, nah ini bukan sinyal lagi tapi sudah peringatan keras," kata Dewi.
Jokowi dinilai sudah terbawa perasaan dan tak sabar menyampaikan peringatannya pada Paloh. Terbukti sindiran itu disampaikan di hadapan orang-orang dan kepada Paloh secara langsung.
"Kalau politis kan lebih menutup diri, tidak menggunakan kata-kata tersurat. Tapi ini sudah masuk ke perasaan Jokowi, terbukti dari gestur pelukan, ucapan dan tindakan Jokowi terlihat jelas. Jadi disini sudah bukan politis yang bermain, tapi perasaan," kata Dewi.
"Seharusnya kan bermain politik di belakang panggung, tapi ini pak Jokowi sudah nggak sabar. Langsung to the point ke pak Surya Paloh di depannya. Nggak mau lagi dibelakang panggung, langsung ngomong di depannya dan di depan orang-orang," imbuhnya.
Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengimbau Paloh tak memandang remeh sindiran Jokowi.
Menurutnya, suami Iriana Jokowi itu jarang melakukan sindiran di depan umum.
"Karena sindiran itu juga bermakna bahwa Jokowi tidak nyaman dengan manuver Surya Paloh, bahkan Jokowi spesifik menyoroti pelukan Surya Paloh ke Sohibul Iman," kata Hendri.
Hendri menegaskan hal ini harus disikapi dengan benar dan baik oleh Paloh. Salah satunya merespon sindiran tersebut dengan hal yang konkrit dan nyata berupa penjelasan terkait pertemuan Paloh-Sohibul.
"Jadi artinya Surya Paloh diminta menjelaskan dalam waktu dekat pada Pak Jokowi dan anggota koalisi yang lain juga, apa makna dan maksud dari kunjungan bertemu dengan PKS," kata Hendri.
Di sisi lain, pengamat politik Emrus Sihombing justru menilai Jokowi berusaha menyampaikan pesan jika Paloh lebih dekat dengan Sohibul, dibanding dengan Jokowi sendiri.
"Dari sudut ucapan itu sama saja Pak Jokowi mengatakan sekarang Paloh lebih dekat, lebih hangat, dengan Sohibul dibanding dengan Jokowi selama ini," kata Emrus.
Emrus mengatakan dari aspek sosiologis dan psikologis, terlihat ikatan emosional antara Paloh dan Sohibul lebih dekat dengan adanya rangkulan keduanya.
"Nah kalau ini kan mereka (Paloh dan Sohibul) berangkulan, sangat erat sekali. Biasanya itu terjadi karena di antara mereka terjadi sesuatu yang sifatnya saling menguntungkan satu dengan yang lain," kata Emrus.