TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa magnitudo 7,1 yang mengguncang Jailolo, Maluku Utara, akibat adanya sesar dalam lempeng laut Maluku. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, Jumat (15/11/2019).
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamam hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal. Ini akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam lempeng laut Maluku," kata Rahmat.
Episenter gempa bumi dirasakan di daerah Bitung dan Manado IV-V MMI (getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun), Gorontalo dan Ternate III-IV MMI (pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dalam rumah), di Buol II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda ringan yang digantung bergoyang).
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini berpotensi tsunami dengan status ancaman "waspada" untuk daerah Minahasa Utara bagian Selatan (Sulawesi Utara).
Sebelumnya, gempa bumi magnitudo 7,1 mengguncang Jailolo, Maluku Utara, Jumat malam (15/11/2019) dini hari. Gempa tersebut berpotensi tsunami. Lalu pada pukul 02.48 Wita dini hari, gempa susulan kembali terjadi di Manado dan beberapa wlayah di Sulut. Gempa terasa cukup kuat dan berlangsung beberapa detik.
Gempa dirasakan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kota Bitung.