Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan tidak ada lagi warga yang mengungsi setelah gempa dengan magnitudo 7,1 mengguncang wilayah Ternate pada beberapa waktu lalu sejak Selasa (19/11/2019).
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, warga yang sempat mengungsi kini telah kembali ke rumah mereka masing-masing.
"Warga yang sempat mengungsi memutuskan kembali ke rumah mereka," kata Agus dalam keterangan resmi BNPB pada Rabu (20/11/2019).
Ia mengatakan, sebelumnya sebanyak 21 kepala keluarga mengungsi di halaman SMAN 11 yang berlokasi di dataran tinggi hanya pada malam hari.
Agus Wibowo mengatakan, warga khawatir dengan gempa susulan dan potensi bahaya tsunami.
Berdasarkan catatannya, sejumlah bangunan mengalami kerusakan ringan antara lain 39 unit yang tersebar di Kelurahan Mayau sebanyak 20 unit, Lelewi sembilan unit, Bido delapan unit, dan Perum Bersatu dua unit.
Baca: Gempa Hari Ini: BMKG Catat 3 Gempa hingga Selasa 19 November 2019 Pagi, Tidak Berpotensi Tsunami
"Kerusakan juga menyasar pada fasilitas perbankan dan fasilitas sosial seperti gereja, sekolah dan puskesmas. Data BPBD per 19 November 2019 mencatat kerusakan per wilayah sebagai berikut Kelurahan Mayau berupa sekolah dua unit, gereja satu unit, puskesmas satu unit dan bank satu unit, serta Kelurahan Lelewi dan Bido masing-masing gereja satu unit," kata Agus.
Gempa juga tercatat berdampak pada wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara dan Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.
Baca: Gempa Magnitudo 5,0 Siang Ini di Maluku Tidak Berpotensi Tsunami
Agus mengatakan, masing-masing wilayah kabupaten tersebut terdapat satu unit kantor dan dua unit rumah rusak ringan.
"Dua orang yang terluka dari Kelurahan Mayau telah mendapatkan perawatan. Mereka mengalami luka ringan. Tidak ada korban meninggal pascagempa yang berlokasi 137 km barat laut Jailolo, Maluku Utara dengan kedalaman 173 km tersebut," kata Agus.
Ia mengatakan, Pemerintah Daerah khususnya Kota Ternate telah menetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi selama tujuh hari, terhitung dari 15 November hingga 21 November 2019.
Selain itu, Pos komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi juga telah diaktifkan dan beroperasi di Kantor BPBD Kota Ternate.
Sedangkan terkait upaya taktis operasional, pos lapangan juga telah didirikan di Kantor Camat Batang Dua yang ada di Pulau Mayau.
"Merespon penanganan darurat di lapangan, BNPB memberikan dukungan dana siap pakai (DSP) sebesar Rp 250 juta. Selain itu, Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB juga memberikan bantuan logistik kebutuhan dasar kepada BPBD Kota Ternate dan Provinsi Maluku Utara. Bantuan tersebut berupa food item dan non-food item," kata Agus.
Ia mengatakan, Selama berada di lokasi terdampak, TRC mencatat beberapa kendala dalam upaya penanganan, seperti transportasi laut yang terbatas dan cuaca yang tidak menentu, jaringan komunikasi dan juga anggaran pemerintah daerah setempat jelang akhir tahun.
Ia menjelaskan, belajar dari kejadian gempa yang terjadi pada 14 November 2019, pukul 23.17 WIB itu, penyiapan sistem peringatan dini serta rambu dan jalur evakuasi, khususnya di Kecamatan Batang Dua (Pulau Mayau) menjadi salah satu rekomendasi TRC BNPB.
"Di samping itu, upaya edukasi kepada warga setempat untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi potensi bahaya gempa dan tsunami," kata Agus.